LABUANBAJOVOICE.COM | Bocoran sejumlah data hasil survei yang memotret Pemilihan Gubernur (Pilgub) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) tahun 2024 beredar di media sosial pada Kamis, 18 Juli 2024.
Data yang tersebar merujuk pada hasil riset lembaga survei Indikator Politik Indonesia, lembaga survei terpercaya yang telah memiliki rekam jejak panjang dalam berbagai kontestasi politik di tanah air, dari pemilihan presiden (pilpres), pemilu legislatif, hingga pemilihan kepala daerah (pilkada).
Data yang tersebar antara lain menunjukkan, lembaga survei yang didirikan Prof. Burhanuddin Muhtadi, M.A., Ph.D tersebut melakukan survei di NTT pada periode 9-14 Juli 2024. Artinya, bocoran data yang beredar merupakan hasil riset terbaru terkait Pilgub NTT.
Jumlah responden yang terlibat mencapai 1.400 orang, yang tersebar di 22 kabupaten/kota di NTT.
Salah satu data yang paling menonjol adalah terkait simulasi elektabilitas Top of Mind (TOM). Pertanyaan terbuka yang diajukan kepada responden adalah: “Seandainya pemilihan langsung Gubernur Nusa Tenggara Timur diadakan hari ini, siapa yang akan Ibu/Bapak pilih sebagai Gubernur?”.
Dari pertanyaan terbuka yang sering diistilah sebagai potret Top of Mind pemilih (responden) tersebut calon gubernur yang diusung PDI Perjuangan Yohanis Fransiskus Lema atau Ansy Lema berada di tempat teratas, dengan raihan 6,9 persen. Ansy mengungguli Emanuel Melkiades Laka Lena (Melki Laka Lena) di posisi kedua (6,8%) dan Benny K Harman di posisi ketiga (6,3%).
Hasil riset Indikator ini sebenarnya sudah tergambar sebelumnya dalam survei Charta Politika periode 2-14 Mei 2024. Versi Charta Politika, pada bulan Mei Ansy Lema sebenarnya sudah berada di posisi teratas, namun masih berbagi posisi dengan Benny K Harman.
Keduanya meraih 14,5 persen pilihan responden untuk pertanyaan terbuka calon gubernur (Top of Mind). Posisi kedua ditempati Melki Laka Lena dengan 14,4 persen. Sementara tempat berikutnya diisi Viktor Bungtilu Laiskodat (8,0%).
Elektabilitas Top of Mind (TOM) adalah gambaran mengenai pemilih kuat (strong voters). Karena itu, TOM terkait dengan nama pertama yang muncul di pikiran responden saat disodori pertanyaan tertentu. TOM memberikan gambaran figur yang secara spontan dan paling dominan muncul di pikiran pemilih saat ditanyakan tentang calon gubernur NTT.
Disebut simulasi terbuka, karena pertanyaan terkait TOM tidak memberikan alternatif pilihan kepada responden berdasar sejumlah nama kandidat yang disajikan dalam kuesioner.
Selain TOM, bocoran hasil survei Indikator juga menampilkan sejumlah simulasi tertutup. Untuk simulasi tiga paket pasangan, misalnya, Ansy Lema akan unggul dari kompetitornya jika dipasangkan dengan Anita Jacoba Gah, politisi Partai Demokrat.
Salah satu simulasi tiga paket adalah Pasangan Ansy-Anita Gah dibandingkan dengan Pasangan Melki-Anita Mahenu dan Simon P Kamlasi-Andre Garu. Pasangan Ansy-Anita Gah unggul dengan Raihan 30,4 persen suara. Di posisi kedua ada pasangan Melki-Anita Mahenu (28,3%). Sedangkan pasangan Simon-Andre di posisi ketiga (13,7%).
Saat simulasi diubah pada pasangan Melki Laka Lena, yaitu Gabriel Beri Binna, pasangan Ansy-Anita tetap meraih pilihan terbesar dengan 30,7 persen suara. Sedangan Melki-Gabriel berada di tempat kedua dengan 28,1. Pasangan Simon Kamlasi-Andre Garu di posisi terakhir dengan 13,8 persen.
Pengamat politik Ferdi Jelahut menilai, unggulnya Ansy Lema dalam Pilgub NTT karena masyarakat mulai mendapat kepastian terkait figur yang diusung PDI Perjuangan. Karena sebelumnya preferensi masyarakat masih tersebar kepada figur internal maupun eksternal partai.
“Rakyat menyambut positif Pemberian Surat Tugas dari PDI Perjuangan kepada Ansy Lema untuk maju Pilgub NTT. Ini terkonfirmasi dari hasil survei Indikator Politik Indonesia,” jelas Founder dan Direktur The Indonesian Agora Research Center dan Ranaka Institute tersebut.
Menurut Ferdy, dari hasil survei yang tersebar, tingkat pengenalan kontestan masih sangat minim. Beberapa Cagub yang maju, tingkat pengenalan Ansy 38,8 persen, Melki Laka Lena 48,7 persen dan Benny Harman di angka 44,1 persen.
Ferdi menilai, hasil survei Indikator Politik Indonesia yang bocor ke publik ini menunjukkan tren pergeseran pemilih di NTT. Merujuk dari survei Charta Politika pada Mei 2024 lalu, tingkat TOM Ansy Lema memiliki perolehan suara yang sama dengan Benny Kabur Harman yang juga memperoleh 14,5 persen. Lalu, Melki Laka Lena dengan 14,4 persen dan Viktor Bungtilu Laiskodat dengan 8,0 persen.
“Yang menjadi catatan saya dari survei Indikator Politik Indonesia adalah 57,5 persen masyarakat NTT belum menentukan pilihannya dalam simulasi TOM. Maka penentuan wakil gubernur dan strategi politik yang terukur sangat penting untuk merebut preferensi masyarakat NTT. Ini bukan kerja yang mudah tetapi harus dilakukan,” paparnya.
Sebagai catatan, Indikator maupun Charta Politika merupakan dua lembaga survei terpercaya yang telah terlibat dalam berbagai kontestasi politik di Indonesia. Keduanya merupakan anggota Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi), asosiasi resmi yang mewadahi lembaga-lembaga survei yang memiliki profesionalitas dan akuntabilitas.**
Penulis: Dedhy Wijaya