Generasi Muda Pangan Manggarai Barat Desak Perbaikan Sistem Pangan
Rekomendasi MSF Mabar Dorong Edukasi Pertanian Modern, Kemudahan PIRT, dan Penertiban Ternak Liar

LABUANBAJOVOICE.COM – Orang-orang muda yang selama ini berkecimpung dalam dunia pertanian di Manggarai Barat menyuarakan sejumlah isu kritis terkait persoalan sistem pangan yang mereka hadapi. Dalam pertemuan rutin Multy Stakeholder Forum (MSF) Manggarai Barat yang berlangsung di Aula Hotel Parlezo, Selasa (15/04/2025) pagi, para pemuda menyampaikan rekomendasi guna mengatasi tantangan di sektor pangan.
Kepala BAPPEDA Kabupaten Manggarai Barat, Peter A. Rasyid, membuka pertemuan dengan menekankan pentingnya kehadiran generasi muda dalam menggali akar persoalan sistem pangan. “Hari ini kita berdiskusi untuk menanggapi tantangan dan berbagai persoalan, agar kita dapat mencari solusi yang tepat,” ujarnya.
Menurutnya, partisipasi aktif para pemuda merupakan bagian dari upaya MSF dalam merancang strategi perbaikan sistem pangan di daerah.
Fasilitator kegiatan, Kabid Perekonomian dan Sosial Bappeda Manggarai Barat, Yuyun Felisia, bersama Sekretaris Dinas Sosial Kabupaten Manggarai Barat, Alfien Latubatara, memberikan kesempatan kepada perwakilan pemuda yang dihadirkan. Para peserta yang mewakili 10 desa, antara lain Kelurahan Labuan Bajo, Kelurahan Wae Kelambu, Desa Batu Cermin, Desa Gorontalo, Desa Golo Bilas, Desa Wae Lolos, Desa Liang Ndara, Desa Golo Desat, Desa Pantar, dan Desa Compang Longgo, menyampaikan sejumlah isu.
Beberapa persoalan yang disorot antara lain kurangnya edukasi mengenai pertanian modern, sulitnya mengakses izin Produk Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT), tantangan dalam mengatasi hama tanaman, serta permasalahan ternak liar yang merusak tanaman petani.
Fransiska Novenita, perwakilan pemuda dari Desa Batu Cermin, mengungkapkan bahwa meskipun mereka telah mengembangkan budidaya sayur hidroponik, kendala utama adalah kurangnya pengetahuan tentang pengelolaan pertanian modern dan cara efektif mengatasi hama tanaman.
Sementara itu, perwakilan dari Desa Gorontalo, Lian, menyoroti masalah pengolahan pangan lokal. “Kami telah mengolah produk lokal seperti Kopi Tuk Gami, Rebok Gami, dan Ikan Dendeng Gami secara maksimal, namun keterbatasan pengetahuan membuat cara pengelolaan kami masih tradisional dan produk kami kurang diminati pasar,” ungkapnya.
Lian juga menambahkan kendala dalam memperoleh izin PIRT yang menurutnya menjadi hambatan serius agar produk dapat dipasarkan secara luas.
Isu serupa disampaikan oleh Olin dari Kelurahan Wae Kelambu. Menurut Olin, persyaratan untuk mengantongi PIRT dinilai memberatkan dan sebaiknya dipertimbangkan alternatif yang lebih mudah. Ia juga mengeluhkan keberadaan ternak liar yang berkeliaran bebas, yang dinilai mengancam semangat bertani karena merusak tanaman di pekarangan warga.
“Harus ada tindakan tegas terhadap para pemilik ternak untuk mencegah kerugian lebih lanjut,” pungkasnya.
Tak ketinggalan, Anita Putri dari Kelurahan Labuan Bajo menyoroti masalah packing dan pelabelan produk yang dianggap menjadi faktor penghambat pemasaran hasil olahan pangan lokal.
Atas berbagai persoalan yang dihadapi, para pemuda kemudian mengajukan sejumlah rekomendasi. Mereka mendesak agar MSF bersama perangkat daerah terkait segera mengambil langkah kebijakan yang sesuai, seperti melakukan sosialisasi dan pendampingan langsung kepada para pemuda yang fokus pada pengembangan sektor pangan. Semua masukan tersebut telah dicatat dan akan dibahas lebih lanjut bersama kepala perangkat daerah pada pertemuan rutin berikutnya.
MSF Manggarai Barat sendiri merupakan forum multi pihak yang anggotanya meliputi perwakilan dari sejumlah instansi pemerintah dan pihak swasta. Forum ini digagas oleh Konsorsium Pangan Bernas yang terdiri dari Yayasan Keanekaragaman Hayati (KEHATI), Koalisi Rakyat Untuk Kedaulatan Pangan (KRKP), dan Yayasan Komodo Indonesia Lestari (YAKINES). Pembentukan MSF bertujuan untuk mewujudkan transformasi sistem pangan serta menangani isu perubahan iklim di Manggarai Barat.
Dengan semangat kolaborasi dan sinergi antar berbagai pihak, diharapkan solusi konkret dapat segera diterapkan demi kemajuan sektor pertanian dan kesejahteraan masyarakat Manggarai Barat.
Penulis: Hamid