Politik

DPRD Marten Mitar Gelar Reses di Kampung Kondas, Warga Curhat Menyesal Tebang Kopi-Tanam Porang

Anggota DPRD Mabar Fraksi NasDem tekankan pentingnya pengelolaan lahan dan kemandirian pangan dalam Reses Masa Sidang II 2025 di Desa Tiwu Riwu

LABUANBAJOVOICE.COM – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Manggarai Barat dari Fraksi Partai NasDem, Martinus Mitar, menggelar kegiatan Reses Masa Sidang II tahun 2025 pada Senin malam, 21 April 2025, bertempat di Kampung Kondas, Desa Tiwu Riwu, Kecamatan Mbeliling.

Kegiatan tersebut berlangsung hangat dan sarat diskusi konstruktif, dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat seperti Kepala Desa Tiwu Riwu, tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh pendidik, tokoh pemuda, dan tokoh perempuan. Martinus Mitar, yang akrab disapa Marten, disambut secara adat oleh Tua Adat Kampung Kondas, Valenstinus Jana.

Dalam sambutannya, Kepala Desa Marselis Roni menyampaikan apresiasinya terhadap kehadiran Marten. Ia menegaskan bahwa kehadiran anggota dewan tersebut mencerminkan kerinduan untuk menyerap langsung aspirasi masyarakat. “Beliau hadir untuk menjemput aspirasi kita masyarakat Desa Tiwu Riwu. Beliau adalah utusan kita di Dewan Mabar,” ungkap Marselis.

Dalam sesi diskusi, Marten mendorong masyarakat agar tidak ragu menyampaikan aspirasi. Ia menekankan bahwa reses adalah momentum penting untuk bertukar gagasan dan membuka pola pikir baru. Ia menyoroti berulangnya permintaan yang sama dari masyarakat setiap reses—seperti traktor dan ternak—tanpa kejelasan pengelolaannya.

“Apakah pemerintah tidak berbuat atau kita sendiri belum sadar dan belum maksimal mengelola sumber daya yang ada?” tanya Marten kritis.

Ia juga menyinggung gerakan Petani Menanam yang digagas mantan Gubernur NTT, Ben Mboy, sebagai inspirasi yang turut mendorongnya hingga menjadi anggota dewan.

Soroti Program MBG dan Kemandirian Petani

Marten mengangkat pentingnya keterlibatan petani dalam mendukung Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dari pemerintah pusat. Ia mengingatkan bahwa dapur-dapur MBG akan menyerap banyak hasil tani seperti sayur, telur, daging, dan buah. “Apakah kita bisa memenuhinya? Jangan sampai kita ambil dari Jawa,” tegasnya.

Ia mengajak masyarakat untuk menghidupkan lahan tidur dengan membentuk kelompok tani yang produktif. “Saya mau ibu-ibu jadi petani sayur. Yang bapak-bapak, silakan bentuk kelompok kopi, cengkeh, atau lainnya. Saya akan jembatani kebutuhan kalian,” ujarnya.

Berbagai aspirasi warga mencuat dalam diskusi. Yohanes Jehanu, warga Kampung Kondas, mengaku menyesal telah menggantikan tanaman kopi dengan porang karena tergiur harga. “Sekarang kami menyesal, karena kopi mahal dan kami harus beli di kios,” keluhnya.

Berbeda dengan Yohanes, Hendrikus Heman merasa keputusan menanam porang tetap tepat. Namun, ia meminta perhatian pemerintah soal pengawasan harga komoditi dan bantuan mesin kupas kemiri.

Sementara itu, Yosep Sun menyampaikan keprihatinan atas banyaknya lahan tidur akibat hilangnya budaya gotong royong. Ia juga meminta bantuan air Sanyo untuk irigasi lahan di lembah.

Ibu Ernes mengusulkan pembangunan jalan tani dan akses jalan Kondas–Repes, serta menyampaikan bahwa dirinya masih menggunakan kerbau untuk mengangkut hasil panen. Ia juga meminta bibit cengkeh dan alpukat unggul untuk lahan seluas 20 hektare yang belum ditanami.

Tanggapan Marten: Prioritas Jalan dan Fasilitasi Bibit

Marten menyayangkan banyaknya petani yang menebang kopi demi menanam porang. Ia mengingatkan bahwa porang bukanlah komoditas dengan pasar yang stabil. “Harus hati-hati menanam komoditi yang pasarnya belum jelas,” tegasnya.

Terkait infrastruktur, Marten menyatakan bahwa jalan tani sudah mulai dibangun selama tiga tahun terakhir, dan ke depan akan difokuskan pada peningkatan. Ia juga menyebutkan bahwa jalan Ndiheng–Repes–Kaca akan segera dibangun, dan jalan Kondas–Repes menjadi prioritas dirinya.

Soal permintaan bibit kopi, cengkeh, dan alpukat, ia berkomitmen akan menyampaikan hal tersebut kepada Dinas Pertanian.

Masyarakat Desa Tiwu Riwu mengapresiasi langkah-langkah dan semangat yang ditunjukkan Marten Mitar dalam mendengar dan merespons kebutuhan mereka. “Kami berharap pemerintah dapat memenuhi permintaan kami demi kemajuan pertanian dan kesejahteraan masyarakat desa,” ungkap salah satu warga.

Kegiatan reses ini menjadi ruang refleksi sekaligus penguatan hubungan antara wakil rakyat dan konstituennya—dengan harapan agar semangat bertani, gotong royong, dan pengelolaan sumber daya lokal kembali hidup di desa.

Penulis: Hamid

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

https://t.me/labuanbajovoice
Back to top button
error: Content is protected !!