Labuan Bajo Jadi Titik Akhir Fremantle Sailing Club Rally & Race 2025, Dampak Ekonomi Rp1,5 Miliar Lebih
Dihadiri 100 Peserta dari Australia, FSCRR 2025 Hadirkan Dampak Ekonomi Lebih dari Rp1,5 Miliar dan Perkuat Citra Labuan Bajo sebagai Destinasi Maritim Kelas Dunia

LABUANBAJOVOICE.COM – Untuk pertama kalinya dalam sejarah penyelenggaraan Fremantle Sailing Club Rally & Race (FSCRR) sejak tahun 1981, Labuan Bajo dipilih sebagai titik akhir pelayaran internasional yang digagas oleh Fremantle Sailing Club (FSC), salah satu klub layar terbesar di Australia dengan jumlah anggota mencapai 3.200 orang.
Pemilihan Labuan Bajo sebagai destinasi akhir FSCRR 2025 bukan semata karena keindahan panorama dan daya tarik Taman Nasional Komodo, tetapi juga didorong oleh keramahan masyarakat, kemudahan aksesibilitas, serta dukungan kuat dari para pemangku kepentingan pariwisata di Manggarai Barat.
Persiapan untuk penyelenggaraan ini telah dilakukan sejak dua tahun lalu melalui koordinasi lintas lembaga, termasuk KJRI Perth, Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF), KSOP Labuan Bajo, Imigrasi, Bea Cukai, dan Karantina Kesehatan Pelabuhan.
Sebanyak 13 kapal yacht diberangkatkan secara serentak dari Fremantle, Australia Barat, pada 10 Mei 2025, menempuh jarak sekitar 3.000 nautical miles. Dua kapal pertama tiba di Labuan Bajo pada 18 Mei, disusul dua kapal berikutnya sehari kemudian. Total kru kapal sebanyak 75 orang, ditambah sekitar 35 pendamping, menjadikan jumlah total peserta mencapai 100 orang.
Berdasarkan estimasi biaya visa, akomodasi, transportasi, dan konsumsi selama minimal lima hari, kegiatan ini diperkirakan menghasilkan dampak ekonomi langsung lebih dari Rp1,5 miliar bagi Labuan Bajo.
Tidak hanya berlayar, para peserta FSCRR juga melakukan sejumlah kegiatan sosial. Pada 23 Mei 2025, mereka berkunjung ke SMK Stella Maris Labuan Bajo untuk berbagi ilmu seputar navigasi kapal, keamanan pelayaran, dan pengalaman menjelajahi laut lepas.
Keesokan harinya, 24 Mei 2025, dilakukan kegiatan Green Action berupa penanaman pohon di kawasan Parapuar sebagai bentuk komitmen terhadap pengurangan emisi karbon (carbon offsetting) atas pelayaran mereka.
Vinsensius Jemadu, Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan, Kemenparekraf RI, menyatakan dukungannya terhadap kegiatan ini.
“Labuan Bajo sangat siap menerima event seperti ini. Kami sudah pernah bekerja sama dengan FSC pada 2013 dalam race Fremantle to Bali, dan kali ini adalah momen yang tepat untuk kembali. Semoga setelah ini, teman-teman dari Fremantle akan kembali lagi ke Labuan Bajo,” ujarnya.
Sementara itu, Fransiskus Xaverius Teguh, Pelaksana Tugas Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF), menyambut baik penyelenggaraan FSCRR sebagai langkah penting dalam promosi wisata bahari.
“Ini merupakan bukti nyata bahwa Labuan Bajo semakin diakui sebagai destinasi maritim kelas dunia. Kehadiran peserta FSCRR diharapkan berdampak positif terhadap perekonomian lokal, sekaligus menjadi momentum promosi potensi wisata bahari dan budaya Flores ke dunia internasional,” ungkap Frans.
Michael Giles, Ketua Panitia FSCRR 2025, mengaku puas atas penyelenggaraan di Labuan Bajo. Ia menyebut bahwa acara yang rutin digelar setiap dua hingga tiga tahun ini kemungkinan besar akan kembali diselenggarakan di Labuan Bajo di masa mendatang.
“Melihat antusiasme peserta, sangat mungkin kegiatan selanjutnya kembali diadakan di Labuan Bajo. Apalagi kami sangat terbantu oleh pemerintah Indonesia, baik di Perth maupun di Labuan Bajo,” jelas Michael.
Beberapa peserta bahkan berencana tinggal di Flores dalam waktu yang lebih lama, menjelajahi daerah-daerah lain baik ke arah timur maupun barat. Mereka sangat menikmati keindahan alam serta keramahan masyarakat lokal. Craig Evans, salah satu peserta sekaligus pengurus FSC, meyakini bahwa pengalaman ini akan menyebar secara positif di kalangan komunitas pelaut Australia, khususnya di Perth.
Sebagai penutup rangkaian kegiatan, para peserta mengikuti VIP Presentation Night FSCRR 2025 yang digelar di Puncak Waringin, Labuan Bajo. Acara ini diisi dengan pertunjukan musik tradisional Sasando, sebagai bentuk penghargaan terhadap kekayaan budaya lokal NTT.
Acara penutupan ini dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, BPOLBF, Pemkab Manggarai Barat, Disparekrafbud Mabar, Dinas PKO Mabar, BMKG, Bea Cukai, Imigrasi, Loka Karantina Kesehatan Pelabuhan, KSOP, dan perwakilan dari Kementerian Luar Negeri dan KJRI Perth. Selain itu, hadir pula Putri Manggarai 2025 yang baru terpilih pada 17 Mei lalu.
Dengan keberhasilan penyelenggaraan FSCRR 2025, Labuan Bajo tidak hanya mencatat sejarah baru dalam sport tourism internasional, tetapi juga memperkuat reputasinya sebagai gerbang utama pariwisata maritim berkelas dunia di Indonesia.
Penulis: Hamid