Kunjungan Wisatawan ke Labuan Bajo Gunakan Jalur Laut Mencapai 4.778 dari 86 Negara Sepanjang Maret 2025
Dalam forum Diskoria edisi April 2025, BPOLBF paparkan data kunjungan wisatawan, tingkat hunian hotel, dan rencana penguatan wisata religi Katolik di Pulau Flores.

LABUANBAJOVOICE.COM – Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) kembali menggelar Diskoria (Diskusi Kolaborasi Bersama Media), forum bulanan yang menjadi ajang komunikasi terbuka dengan insan media untuk membahas isu-isu strategis pengembangan pariwisata di Labuan Bajo dan sekitarnya. Diskoria edisi April ini dilaksanakan pada Selasa (29/04/2025) siang di Kantor BPOLBF, usai rangkaian kegiatan Forum Stakeholder, Halal Bihalal, dan Syukuran Paskah 2025.
Dalam sesi jumpa pers ini, Plt. Direktur Utama BPOLBF, Fransiskus Xaverius Teguh, memaparkan data terbaru tren kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara sepanjang bulan Maret 2025, yang diperoleh dari Kantor Imigrasi Kelas II TPI Labuan Bajo. Berdasarkan data tersebut, jumlah kedatangan wisatawan melalui jalur pelabuhan mencapai 4.778 orang dari 86 kewarganegaraan.
Lima negara dengan jumlah wisatawan terbanyak yang datang melalui pelabuhan adalah Amerika Serikat: 1.673 orang (35,01%); Filipina: 805 orang (16,5%); Indonesia: 343 orang (7,18%); Selandia Baru: 282 orang (5,90%); dan Kanada: 275 orang (5,67%).
Frans menjelaskan bahwa tingginya minat wisatawan mancanegara menunjukkan potensi besar Labuan Bajo sebagai destinasi wisata internasional. BPOLBF, lanjutnya, akan terus meningkatkan strategi promosi berbasis data yang lebih terarah dan tersegmentasi.
Selain data kunjungan, BPOLBF juga memaparkan hasil survei terhadap tingkat hunian hotel dan lama tinggal (Length of Stay/LOS) wisatawan di Labuan Bajo selama Maret 2025. Berdasarkan hasil survei dari sejumlah hotel, rata-rata lama tinggal wisatawan tercatat 2,15 hari, dengan dominasi wisatawan asal Tiongkok (26,3%), diikuti oleh Indonesia (21,1%), Amerika Serikat dan Singapura (masing-masing 10,5%), serta negara-negara seperti Prancis, Eropa, Australia, Malaysia, dan Singapura (masing-masing 5,3%).
Tingkat hunian berdasarkan klasifikasi akomodasi adalah sebagai berikut Resort: 43,5% (tertinggi); Hotel Bintang 4: 30,4%; dan Hotel Bintang 5: 21,3% (terendah).
“Data ini sangat penting untuk menyusun strategi pengembangan layanan dan promosi yang lebih efektif. Wisatawan yang memilih resort cenderung mencari kenyamanan dan pengalaman eksklusif, sehingga kita perlu terus memperkuat layanan berbasis pengalaman,” jelas Frans.
Diskoria edisi April juga menyoroti isu dan peluang lain dalam pengembangan pariwisata Labuan Bajo, salah satunya adalah penguatan wisata religi Katolik di Pulau Flores. Wilayah ini dikenal dengan kekayaan budaya dan sejarah Katolik yang mendalam, yang berpotensi dikembangkan sebagai daya tarik wisata yang unik dan bermakna.
Sebagai langkah konkret, BPOLBF akan menggelar “Table Top Wisata Religi Katolik Pulau Flores” pada 15 Mei 2025, yang akan mempertemukan pelaku usaha wisata (sellers) dan pembeli (buyers) dari dalam dan luar negeri. Acara ini diharapkan dapat memperluas jejaring promosi dan memperkuat daya saing wisata religi Flores di kancah nasional dan internasional.
Dalam kesempatan yang sama, hadir pula Pater Marsel Agot SVD, Ketua Badan Peduli Taman Nasional Komodo dan Perairan Sekitarnya (BPTNK & PS), yang menyampaikan pentingnya keterlibatan masyarakat dalam merawat kelestarian alam, khususnya kawasan Taman Nasional Komodo.
Pater Marsel menjelaskan bahwa lembaga ini dibentuk atas dasar keprihatinan terhadap meningkatnya tekanan terhadap kawasan konservasi akibat aktivitas wisata. Berdiri berdasarkan SK Bupati Manggarai Barat Nomor 315/KEP/2024, BPTNK & PS merupakan organisasi non-profit yang bertujuan menjadi mitra strategis pemerintah dalam pengelolaan berkelanjutan Taman Nasional Komodo.
“Lembaga ini lahir dari kegelisahan dan harapan bersama. Kami percaya bahwa dengan kolaborasi, konservasi bisa berjalan beriringan dengan pariwisata. Ini bukan tentang melarang wisata, tapi tentang mengelola dengan bijak,” tegasnya.
Melalui Diskoria ini, BPOLBF kembali menegaskan komitmennya dalam membangun Labuan Bajo sebagai Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) yang tidak hanya menarik, tapi juga berkualitas, berdaya saing, dan berkelanjutan.
“Diskoria bukan hanya forum informasi, tapi ruang untuk saling mendengar, membangun narasi, dan merumuskan langkah strategis bersama rekan-rekan media. Kita ingin Labuan Bajo tidak hanya ramai, tapi juga berdaya dan lestari,” tutup Frans Teguh.
BPOLBF akan terus menyelenggarakan Diskoria setiap bulan sebagai wadah transparansi, partisipasi, dan kolaborasi untuk membangun pariwisata yang inklusif dan berbasis data.
Penulis: Hamid