LABUANBAJOVOICE.COM – Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Manggarai Barat merilis data terbaru mengenai kondisi kemiskinan di wilayah itu. Hasil survei Maret 2025 mencatat jumlah penduduk miskin mencapai 49,55 ribu jiwa, atau sekitar 16,09 persen dari total penduduk.
Kepala BPS Manggarai Barat, Ikhe Suryaningsi, menjelaskan bahwa angka tersebut menurun dibandingkan tahun 2024 dan lebih rendah dibandingkan rata-rata Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
“Persentase penduduk miskin di Manggarai Barat tahun 2025 lebih rendah dibandingkan angka provinsi NTT. Selain itu, ada penurunan dibandingkan tahun 2024,” kata Ikhe, Jumat (19/9/2025).
Selain jumlah penduduk miskin, BPS juga mencatat indikator lain yang memberikan gambaran lebih detail tentang kondisi kemiskinan di Manggarai Barat.
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) tercatat sebesar 2,96, sementara Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) berada di angka 0,81.
Indeks tersebut menunjukkan bahwa meski masih ada kelompok rentan, kesenjangan pengeluaran di antara rumah tangga miskin tidak terlalu lebar.
Artinya, sebagian besar penduduk miskin memiliki tingkat pengeluaran yang relatif mendekati garis kemiskinan, sehingga peluang untuk keluar dari kondisi miskin cukup besar.
BPS juga melaporkan adanya kenaikan garis kemiskinan (GK). Pada 2025, angka GK mencapai Rp 477.226 per kapita per bulan, meningkat dari Rp 458.834 pada 2024.
“Garis kemiskinan ini mencerminkan jumlah pengeluaran minimum yang diperlukan seseorang untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya, baik makanan maupun non-makanan, dalam satu bulan,” jelas Ikhe.
Kenaikan garis kemiskinan ini menandakan standar kebutuhan dasar masyarakat semakin meningkat. Namun, menariknya, meski garis kemiskinan naik, angka kemiskinan justru menurun, yang berarti ada perbaikan nyata dalam kemampuan masyarakat memenuhi kebutuhan pokok mereka.
Kondisi kemiskinan Manggarai Barat pada 2025 memberi dua sinyal utama: penurunan persentase penduduk miskin sekaligus kenaikan garis kemiskinan.
Kondisi ini menunjukkan tantangan baru, tetapi juga membuka peluang bagi perbaikan kualitas hidup masyarakat.
Menurut Ikhe, data ini bisa menjadi pijakan penting bagi pemerintah daerah untuk terus memperkuat program pengentasan kemiskinan.
“Penurunan angka kemiskinan ini kabar baik, tapi pekerjaan rumah masih banyak. Pemerintah perlu memastikan masyarakat yang masih berada di bawah garis kemiskinan bisa mendapatkan dukungan yang tepat,” ujarnya.
Dengan tren positif ini, Manggarai Barat berpeluang mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat. Bukan hanya angka statistik yang turun, tapi juga kualitas hidup warga yang mulai mengalami perubahan ke arah lebih baik. **
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan