LABUANBAJOVOICE.COM – Meskipun langit Labuan Bajo dalam beberapa hari terakhir tampak mendung, masyarakat tetap merasakan suhu udara yang gerah dan menyengat.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap penyebab fenomena ini, yang ternyata bukan semata soal suhu, melainkan juga pengaruh kelembapan udara dan posisi matahari. Kondisi ini bahkan menimbulkan pertanyaan di kalangan masyarakat.
Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas IV Komodo Manggarai Barat, Maria Patricia Christin Seran, menjelaskan bahwa fenomena ini dipicu oleh kombinasi suhu udara, tingkat kelembapan, dan pergerakan matahari.
Menurut Maria, suhu maksimum yang tercatat pada siang hari sebenarnya tidak jauh berbeda dengan awal musim kemarau pada Juni hingga Agustus lalu, yakni berkisar 30–32 derajat Celsius. Namun, rasa panas atau gerah baru terasa lebih intens pada akhir September ini.
“Perbedaannya terletak pada kelembapan udara. Saat Juni–Agustus, kelembapan relatif rendah, bahkan bisa di bawah 40 persen pada siang hari. Kulit kita terasa kering sehingga tidak terlalu merasakan panas. Sekarang kelembapan tinggi, sehingga kulit terasa lembap, lengket, dan udara menjadi gerah,” ujar Maria, Selasa (23/9/2025).
Kondisi kelembapan yang tinggi membuat keringat sulit menguap. Akibatnya, kemampuan tubuh untuk mendinginkan diri berkurang sehingga masyarakat lebih cepat merasa panas, gerah, dan mudah lelah.
Ditambah lagi, sambung Maria, tutupan awan dalam tiga hari terakhir berkurang sehingga sinar matahari langsung menembus permukaan bumi.
Ia juga menambahkan, fenomena ini tidak hanya terjadi di Labuan Bajo, melainkan hampir di seluruh wilayah Indonesia, khususnya daerah yang belum diguyur hujan.
“Bersyukur hari ini Labuan Bajo mendung, sehingga suhu tidak sepanas beberapa hari lalu,” katanya.
Selain faktor kelembapan, Maria menyinggung posisi matahari yang sedang berada tepat di atas khatulistiwa atau dikenal sebagai equinox pada 23 September.
Peristiwa astronomi ini menandai peralihan posisi matahari menuju selatan, sekaligus menjadi indikator bahwa musim hujan akan segera datang.
“Kita tinggal menunggu rilis resmi dari BMKG Klimatologi NTT untuk memastikan kapan wilayah Manggarai Barat akan masuk musim hujan. Biasanya setelah equinox, hujan mulai turun secara bertahap,” ujarnya.
Dengan kondisi cuaca yang berubah-ubah ini, BMKG mengimbau masyarakat tetap menjaga kesehatan, memperbanyak konsumsi air putih, dan menghindari aktivitas berlebihan di luar ruangan pada siang hari. **
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan