LABUANBAJOVOICE.COM – Pelaksana Tugas Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF), Fransiskus Xaverius Teguh, mengungkap berbagai dinamika terkini sektor pariwisata di Labuan Bajo dan Flores.
Dalam kegiatan Diskusi Kolaborasi Bersama Media (Diskoria) di Labuan Bajo pada Selasa (24/6), ia memaparkan perkembangan signifikan yang terjadi pada bulan Juni ini, termasuk data kunjungan wisatawan, tantangan pasar, hingga upaya mitigasi dalam menjaga keberlanjutan pariwisata di destinasi unggulan nasional ini.
“Bulan Juni ini memberi kita banyak pelajaran. Ada peningkatan yang menjanjikan, namun narasi dan data harus terus dikelola dengan baik agar kita tetap fokus pada pengembangan pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan,” kata Frans.
Menurut Frans, pertumbuhan sektor pariwisata Labuan Bajo menunjukkan tren positif meski beberapa waktu terakhir sempat terjadi perlambatan. Berdasarkan data internal, pertumbuhan wisatawan masih berlanjut, khususnya dari pasar Malaysia, Singapura, dan Amerika Serikat.
“Dari sisi bandara, wisatawan asal Malaysia menyumbang sekitar 32,13% kunjungan, diikuti oleh Singapura 13,59%, dan juga dari Cina, Indonesia sendiri, serta Amerika. Tren ini menunjukkan potensi besar yang harus kita kelola secara serius,” jelasnya.
Ia juga menyebut bahwa kunjungan wisatawan Tiongkok mulai bangkit kembali, dengan pertumbuhan yang menonjol di bulan April 2025, mencapai hampir 28,6%. Hal ini membawa dampak langsung pada tingkat hunian hotel di Labuan Bajo, khususnya untuk hotel berbintang lima yang mencatat okupansi hingga 60–64%.
Dalam peninjauannya ke beberapa daerah di Flores seperti Ende dan Maumere, Frans menyampaikan beberapa catatan penting yang menjadi perhatian pelaku industri pariwisata. Salah satunya adalah tingginya harga produk kuliner lokal.
“Kami temukan harga kuliner di beberapa titik cukup tinggi, ini bisa berdampak negatif pada pengalaman wisatawan. Kita perlu menata ulang agar tetap kompetitif, tetapi tetap memberi keuntungan bagi pelaku lokal,” ungkapnya.
Frans juga menyoroti pentingnya infrastruktur, transportasi, dan layanan dasar wisata lainnya. Ia menyebutkan bahwa program “Sembilan Bersih” yang digagas BPOLBF dan mitra telah mulai dijalankan, termasuk kerja sama lintas sektor untuk peningkatan keselamatan wisata bahari.
“Keamanan dan kenyamanan itu prioritas. Kita ingin wisatawan merasa aman, dari sisi layanan laut, darat, hingga komunikasi. BPOLBF terus koordinasi dengan berbagai pihak agar risiko bisa diminimalisir,” tambah Frans.
Frans juga menjelaskan bahwa BPOLBF saat ini tengah mendorong pengembangan berbagai event unggulan dan program penguatan ekonomi kreatif, termasuk promosi destinasi alternatif di luar Labuan Bajo seperti Wae Rebo, Borong, dan Ruteng.
Ia juga menyinggung pentingnya penguatan “Travel Pattern” dan persebaran kunjungan wisatawan ke seluruh Flores, agar tidak hanya terpusat di satu titik destinasi.
“Kami ingin wisatawan punya banyak opsi. Tidak hanya ke Labuan Bajo, tapi juga ke Bajawa, atau ke tempat-tempat lain yang punya keunikan luar biasa,” jelasnya.
Selain itu, BPOLBF tengah mengembangkan pendekatan integratif dengan pendekatan smart tourism, dengan harapan wisata di Flores bisa menjadi lebih cerdas, bersih, dan berdaya saing global.
Menutup pemaparannya, Frans tak menampik bahwa sektor pariwisata rentan terhadap isu eksternal, mulai dari konflik internasional, hingga bencana alam.
“Kita tidak bisa abaikan potensi krisis. Bisa dari cuaca ekstrem, bisa dari isu sosial. Tapi yang penting adalah antisipasi, kolaborasi, dan manajemen narasi yang baik. Inilah kenapa peran media juga sangat strategis,” pungkasnya.
Ia berharap, dengan transparansi data dan kerja kolaboratif lintas sektor, Labuan Bajo tidak hanya menjadi destinasi yang ramai dikunjungi, tapi juga destinasi yang bertanggung jawab, inklusif, dan membanggakan Indonesia di mata dunia.

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan