LABUANBAJOVOICE.COM– Semilir angin sore membelai rerumputan, mengayun lembut dedaunan di Natas Parapuar, sebuah bukit eksotis yang berjarak hanya 15 menit dari jantung kota Labuan Bajo.

Sabtu itu, senja perlahan tenggelam, menyisakan langit jingga yang berpadu dengan cahaya rembulan dari balik Nusa Komodo.

Di sini, riuh kota berganti dengan kedamaian. Tak ada bising kendaraan atau suara tawar-menawar pasar.

Yang terdengar hanyalah riak obrolan pengunjung yang larut dalam sensasi Weekend at Parapuar, sebuah acara baru yang digagas Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF).

Di bukit yang memandang laut Flores ini, panorama malam seolah memamerkan surga tersembunyi. Gemerlap lampu kota menandingi cahaya bintang, sementara samar suara ombak pantai Bajo bersahut dengan siluet kapal phinisi yang berlabuh megah.

Sabtu malam itu bukan akhir, melainkan awal dari sebuah karya untuk memperkaya daya tarik Labuan Bajo sebagai Destinasi Pariwisata Super Premium.

Peluncuran Weekend at Parapuar menjadi tonggak baru pariwisata darat di Labuan Bajo. Dirancang hadir setiap Sabtu, acara ini menyajikan nuansa berbeda: kombinasi alam yang tenang, seni yang memikat, dan budaya yang mempesona.

Meski pengunjung perdana baru sekitar 300 orang dari target 500, semangat penyelenggara tetap membara.

“Ini awal yang baik. Mau hujan atau panas, setiap Sabtu kita hadirkan Weekend at Parapuar. Ini bukan sekadar acara, tapi cara mengajak wisatawan merasakan sisi lain Labuan Bajo,” kata Dwi Marhen Yono, Direktur BPOLBF.

Tak hanya menikmati pemandangan, pengunjung juga dimanjakan oleh lapak UMKM yang menawarkan kopi lokal, kue, dan ragam kuliner khas Manggarai.

Pertunjukan seni pun hadir, mulai dari tarian tradisional, kolaborasi tarian kolosal, hingga lantunan musik yang syahdu.

Namun, malam itu ada kejutan yang meninggalkan kesan mendalam: Christiana Clamiro Balur, siswi kelas XII SMA Negeri 1 Komodo, tampil memukau bersama Sanggar Molas Roto Roka.

Dengan lentik jemari, ia melukis di atas nyiru – wadah tradisional penampi beras – yang ia ubah menjadi kanvas penuh filosofi.

“Ini lukisan bercerita tentang pemandangan dari puncak Parapuar: laut, pulau, dan langit yang indah. Kami ingin memberi makna baru pada nyiru, sekaligus menghargai pengrajin yang kini mulai ditinggalkan zaman,” tutur Tiana, sapaan akrabnya, sembari tersenyum.

Nyiru yang dulu akrab di genggaman para perempuan untuk menampi beras, kini menjadi media seni yang memadukan tradisi dengan inovasi.

Warna biru, hijau, dan putih berbaur indah, mencerminkan harmoni alam Labuan Bajo yang ia saksikan sendiri.

Peluncuran ini menjadi bukti bahwa Labuan Bajo tak hanya menawarkan eksotisme laut dan pulau-pulaunya.

Bukit Parapuar, dengan segala daya tarik seni dan budayanya, kini menjadi magnet baru yang memikat hati setiap pengunjung.

“Ini awal dari sesuatu yang besar. Weekend at Parapuar akan jadi ruang kreatif, tempat lahirnya cerita dan kenangan,” ujar seorang pengunjung, terkesima.

Mari datang dan rasakan sensasinya. Ada cinta, ada budaya, ada memori yang akan selalu hidup dari setiap sudut Natas Parapuar.