LABUANBAJOVOICE.COM – Antusiasme masyarakat menyambut puncak Tour de EnTeTe (TdE) 2025 di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, mendadak berubah menjadi duka mendalam. Seorang pelajar SMA kelas 12 meninggal dunia dalam kecelakaan lalu lintas hanya beberapa jam sebelum acara balap sepeda internasional itu digelar.

Peristiwa tragis tersebut terjadi Minggu (21/9/2025) dini hari, pukul 02.50 Wita, di ruas jalan depan Kantor Bupati Manggarai Barat, Kelurahan Wae Kelambu, Kecamatan Komodo. Lokasi itu diketahui merupakan titik garis finis TdE 2025.

Berdasarkan keterangan Kasat Lantas Polres Manggarai Barat, AKP I Made Supartha Purnama, S.Sos, kecelakaan berawal saat sebuah mobil pick up diparkir melintang di badan jalan oleh pihak yang terlibat dalam persiapan event TdE 2025.

Mobil berwarna hitam tersebut dipakai untuk menutup ruas jalan tanpa pemberitahuan resmi kepada polisi. Kondisi gelap memperburuk situasi.

Sekitar pukul 02.50 Wita, sepeda motor KLX yang dikendarai seorang pelajar asal Sernaru, Labuan Bajo, melaju dan langsung menabrak bagian kanan belakang mobil pick up itu. Benturan keras membuat korban terpental dan meninggal dunia di tempat.

“Duluan motor KLX sebenarnya, tabrak sudut kanan belakang mobil. Korbannya tetap di tempat, kendaraannya terlempar,” kata AKP Supartha kepada wartawan, Senin (22/9/2025).

Tidak lama berselang, datang sepeda motor CB putih yang dikendarai seorang pekerja kapal. Motor itu menghantam pintu pick up yang sama. Berbeda dengan korban pertama, pengendara CB masih selamat meski mengalami luka-luka.

“Dia masih bisa sadar, mulutnya penuh darah. Saat ditanya, dia mengaku habis minum alkohol,” terang Supartha.

Polisi memastikan kedua pengendara menggunakan helm. Namun, korban pelajar yang mengendarai KLX mengalami luka parah di kepala hingga meninggal dunia.

“Lukanya di kepala langsung pecah. Helm-nya tidak ada kaca visor,” tambah Kasat Lantas.

Korban pelajar diketahui merupakan siswa SMA Negeri 1 Komodo. Jenazah sempat dibawa ke RS Siloam untuk dilakukan visum, sebelum akhirnya diserahkan kepada keluarga.

Sementara pengendara CB yang bekerja di kapal hanya mengalami luka ringan dan sudah diperbolehkan keluar dari rumah sakit.

Hasil pemeriksaan awal polisi mengungkap, penutupan jalan menggunakan mobil pick up dilakukan tanpa koordinasi maupun izin resmi kepolisian.

Mobil itu diparkir melintang atas inisiatif sopir, bukan instruksi langsung dari penyelenggara.

“Kami sudah amankan mobil pick up di Polres. Kami juga sudah periksa lima orang saksi, termasuk sopir dan tiga rekannya. Fakta sementara, parkir melintang itu inisiatif pengemudi sendiri,” ungkap AKP Supartha.

Meski begitu, polisi menyoroti lemahnya pengawasan. Sebagai event berskala internasional, TdE 2025 seharusnya memiliki pengaturan lalu lintas resmi agar tidak mengorbankan keselamatan warga.

“Setiap kegiatan di jalan umum wajib ada izin dan pemberitahuan. Bisa dialihkan separuh jalan atau dibuat jalur alternatif. Tidak boleh ada penutupan sembarangan, apalagi tanpa penerangan,” tegas Supartha.

Kecelakaan ini menyisakan luka mendalam, terutama bagi keluarga korban. Alih-alih menjadi momentum kebanggaan menyambut final Tour de EnTeTe 2025, insiden ini justru menjadi catatan kelam yang mengingatkan pentingnya aspek keselamatan dalam setiap penyelenggaraan event besar. **