LABUANBAJOVOICE.COM – Upaya menjaga keseimbangan ekologi sekaligus mendukung pariwisata berkelanjutan di Mandalika semakin nyata. PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney, bersama anak usahanya InJourney Tourism Development Corporation (ITDC), meluncurkan program konservasi bertajuk InJourney Green Mandalika, Minggu (14/9/2025).
Melalui kegiatan ini, perusahaan menanam ratusan bibit mangrove sebagai langkah strategis menjaga pesisir dan mitigasi perubahan iklim.
Bibit mangrove jenis Lumnitcera racemosa dan Sonneratia alba ditanam di lahan seluas ±960 m² di Lot MG, kawasan paling timur The Mandalika, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Lokasi ini nantinya dikembangkan menjadi Mandalika Mangrove Sanctuary dengan total area 47,8 hektar, yang berfungsi sebagai pusat konservasi, edukasi, sekaligus ekowisata.
Dalam masterplan The Mandalika, Mandalika Mangrove Sanctuary dirancang menjadi destinasi ekowisata internasional.
Fasilitasnya mencakup visitor centre, area rehabilitasi mangrove, boardwalk, jalur kano, menara pengamatan, hingga taman burung alami.
Kehadiran ekowisata ini diharapkan menjadi daya tarik wisata baru yang memadukan konservasi dengan rekreasi.
Direktur Utama InJourney, Maya Watono, menegaskan bahwa keberlanjutan lingkungan menjadi prioritas dalam setiap pengembangan destinasi.
“Komitmen kami bukan hanya membangun destinasi kelas dunia, tetapi juga memastikan kelestarian ekosistem yang menopang pariwisata. Mangrove berperan vital sebagai pelindung garis pantai, penyimpan karbon, dan habitat keanekaragaman hayati. Konservasi ini adalah langkah nyata kami menghadapi perubahan iklim,” jelas Maya dalam keterangan kepada media, Selasa (16/9/2025).
Senada, Direktur Operasi ITDC, Troy Warokka, menyatakan bahwa program ini akan memperkuat daya dukung kawasan wisata Mandalika.
“InJourney Green dirancang untuk memastikan kawasan pesisir tetap terlindungi. Mandalika Mangrove Sanctuary menjadi ruang konservasi yang berdampak pada ekologi sekaligus kesejahteraan masyarakat. Langkah ini penting agar The Mandalika tetap kompetitif sebagai destinasi pariwisata internasional,” ujar Troy.
Mandalika Mangrove Sanctuary akan menjadi rumah bagi lebih dari 50 spesies burung, termasuk burung migran dari Australia yang rutin datang setiap Juli hingga September. Fakta ini memperkuat nilai konservasi sekaligus daya tarik wisata berbasis alam di NTB.
Troy menambahkan, program konservasi ini sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDG 14 (ekosistem laut) dan SDG 15 (keanekaragaman hayati darat).
“InJourney dan ITDC ingin menunjukkan bahwa pembangunan pariwisata tidak boleh mengorbankan alam, justru harus menjaga keberlanjutannya. Mangrove Mandalika menjadi contoh nyata pariwisata berwawasan lingkungan,” tutup Troy.**
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan