NusantaraPariwisata

BPOLBF Optimistis Investasi Parapuar Labuan Bajo Terus Tumbuh: Eiger dan Dusit Internasional Jadi Pionir

Pembangunan kawasan pariwisata terpadu Parapuar di Labuan Bajo terus menunjukkan progres positif. BPOLBF pastikan seleksi ketat bagi investor demi mewujudkan kawasan wisata berkelanjutan berbasis konservasi

LABUANBAJOVOICE.COM – Pengembangan kawasan pariwisata terpadu Parapuar di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat menunjukkan perkembangan signifikan seiring dengan semakin kuatnya komitmen investasi dari sejumlah perusahaan ternama. Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF), Fransiskus Xaverius Teguh, menegaskan bahwa proses investasi berjalan sesuai rencana, dan optimisme terus tumbuh di tengah tantangan teknis dan cuaca yang dihadapi di lapangan.

“Komitmen dari Eiger cukup jelas. Pada Oktober 2025 mereka menargetkan peluncuran pembangunan, termasuk penataan serta penyediaan fasilitas Eiger Store dan Coffee Shop. Ini masih dalam kerangka komitmen mereka. Selain itu, Dusit Group juga masih dalam proses pengembangan seperti yang sudah kami sampaikan dalam pertemuan sebelumnya,” ujar Frans dalam konferensi pers di Labuan Bajo, Selasa (29/4/2025).

Menurut Frans, kedua perusahaan tersebut—Eiger Indonesia dan Dusit Internasional—menjadi pionir investasi di kawasan Parapuar. Eiger Indonesia mengalokasikan dana sebesar 1,2 juta dolar AS, sementara Dusit Internasional menggelontorkan dana sebesar 15 juta dolar AS untuk membangun hotel berbintang di lot 1.6.

Jajaki Investor Baru

Lebih lanjut, Frans menyatakan bahwa saat ini BPOLBF tengah menjajaki komitmen investasi dari lima hingga enam investor lain yang telah menunjukkan minat kuat untuk bergabung. Ia mengakui bahwa proses investasi bukan hal mudah, namun pihaknya terus mendorong realisasi dengan menyiapkan segala prasyarat yang diperlukan.

“Dengan lahan seluas 129,6 hektare yang telah clean and clear, serta master plan yang semakin tertata, kami yakin bahwa dari 19 lot yang kami tawarkan, banyak yang akan segera terealisasi. Kami bekerja keras untuk membangun ekosistem investasi yang menarik dan terpercaya,” ungkapnya.

Untuk mendukung kelancaran investasi, BPOLBF juga tengah mempercepat penyelesaian akses infrastruktur dasar. Saat ini, pembangunan jalan masuk ke kawasan Parapuar sepanjang 200 meter sedang berlangsung, bersamaan dengan pembangunan jaringan air bersih dan listrik.

“Memang ada beberapa keterlambatan yang kami alami, terutama karena faktor cuaca dan teknis. Namun kami tetap mengejar penyelesaian karena hal ini menjadi syarat dari para investor yang sudah menandatangani MoU dan perjanjian kerja sama,” jelas Frans.

Selektif Pilih Investor, Tegakkan Prinsip Keberlanjutan

BPOLBF menegaskan bahwa pihaknya sangat selektif dalam memilih mitra investasi. Setiap investor yang bergabung harus memiliki kesamaan visi dalam mengembangkan pariwisata yang berkelanjutan serta berkontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal.

“Tidak semua investor bisa masuk. Kami ingin memastikan bahwa investasi yang dilakukan benar-benar sejalan dengan prinsip keberlanjutan. Kami ingin Labuan Bajo berkembang tanpa mengorbankan lingkungan dan kearifan lokal,” tambahnya.

Dari total lahan 129,6 hektare yang dikelola BPOLBF melalui skema Hak Pengelolaan Lahan (HPL), hanya 20 persen yang direncanakan untuk dikembangkan. Sisanya, yakni sekitar 80 persen, tetap akan difungsikan sebagai kawasan hutan alami, yang menjadi bagian dari ekosistem Hutan Bowosie.

“Kami membagi lahan ini menjadi empat zona utama: zona budaya (cultural), zona rekreasi (leisure), zona satwa liar (wildlife), dan zona petualangan (adventure). Pengembangan ini tidak akan mengubah karakter utama kawasan, yaitu hutan. Bahkan konsep yang kami usung adalah membangun di dalam hutan, bukan menggusur hutan,” jelas Frans.

Ia juga menegaskan bahwa pendekatan konservasi ini bukan hanya janji di atas kertas, melainkan menjadi fondasi utama pembangunan Parapuar. “Kawasan ini harus tetap hijau. Kami ingin memastikan bahwa Parapuar menjadi kawasan wisata yang ikonik, dengan identitas sebagai destinasi konservasi dan edukasi lingkungan. Ini adalah kekhasan yang tidak dimiliki kawasan lain,” tegasnya.

Konsep pengembangan Parapuar menitikberatkan pada sinergi antara pelestarian alam dan peningkatan ekonomi lokal. Hutan Bowosie, yang sejak lama dikenal sebagai hutan produksi, diharapkan tetap dapat menjalankan fungsinya sebagai kawasan konservasi, sekaligus menjadi daya tarik wisata berbasis alam.

“Parapuar akan menjadi trademark baru Labuan Bajo. Kami membangun kawasan ini bukan hanya untuk wisatawan, tetapi juga untuk masyarakat lokal. Kami ingin masyarakat menjadi bagian dari pembangunan ini, bukan sekadar penonton,” pungkas Frans Teguh.

Dengan komitmen yang kuat dari BPOLBF dan para investor, serta pendekatan pembangunan yang berorientasi pada pelestarian lingkungan, kawasan Parapuar Labuan Bajo diharapkan menjadi destinasi wisata unggulan di Indonesia yang mampu menarik wisatawan domestik maupun mancanegara dengan tetap menjaga harmoni antara alam, budaya, dan pembangunan.

Penulis: Hamid

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

https://t.me/labuanbajovoice
Back to top button