Ia merinci, setiap instalasi terdiri dari 9 pipa paralon dengan 19 lubang netpot, sehingga total terdapat 3.420 lubang tanam untuk budidaya selada dan pakchoy. Dari jumlah itu, tiga instalasi digunakan untuk pembibitan, sementara 17 instalasi lainnya untuk produksi.

“Dalam waktu 21 hari atau sekitar tiga minggu, sayuran sudah bisa dipanen. Hasilnya akan disalurkan ke dapur MBG, restoran, hotel, kapal wisata, kafe, hingga UMKM dan supermarket di Labuan Bajo,” jelasnya.

Menurut Rio, pertanian hidroponik menjadi solusi ideal di daerah perkotaan maupun kawasan padat penduduk. Selain tidak membutuhkan lahan luas, metode ini lebih higienis dan bisa menjadi inspirasi pemanfaatan pekarangan rumah secara produktif.

Rio menegaskan, tujuan jangka panjang dari program ini adalah menjadikan Desa Batu Cermin sebagai desa swasembada pangan.

“Harapannya, program ini bisa menginspirasi masyarakat agar memanfaatkan lahan pekarangan rumah. Selain menopang kebutuhan pangan, juga bisa memberikan dampak ekonomi nyata,” tuturnya.