Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp LabuanBajoVoice.Com
+ Gabung
LABUANBAJOVOICE.COM – Bagi banyak orang, waktu luang adalah kesempatan untuk bersantai, menonton film, atau berjalan-jalan. Namun, bagi Fatinci Reynilda, seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kabupaten Manggarai Barat, waktu luang adalah momen emas untuk menyalurkan bakat dan ekspresi diri melalui lukisan.
Dikenal dengan panggilan akrab I’in, perempuan kelahiran Kefamenanu (NTT) ini tak sekadar mencoret kanvas, tetapi juga melukis kebahagiaan dalam keluarganya. Dengan empat anak yang tengah beranjak remaja, ia membangun hubungan lebih dekat melalui seni. Bersama suami, ia bahkan menyisihkan satu jam setiap hari untuk berdiskusi dan melukis bersama anak-anak mereka.
Awal Mula Inspirasi: Dari Anak, untuk Anak
Inspirasi I’in untuk serius menekuni melukis bermula dari sebuah lomba mewarnai yang diikuti anak bungsunya pada Hari Pahlawan 10 November 2024. Sang anak awalnya ragu, tetapi berkat pendampingan I’in, ia mulai percaya diri. Dari sanalah, semangat melukis I’in kembali membara.
“Saya mendukung anak saya untuk percaya diri, dan tanpa sadar, saya sendiri menemukan kembali kecintaan saya pada melukis,” kisah I’in kepada media di Labuan Bajo, Rabu 19 Maret 2025.
Ternyata, bakat ini bukan sesuatu yang datang tiba-tiba. Sejak kecil, I’in sudah menunjukkan ketertarikan pada seni lukis, yang diwarisinya dari sang ibu. Meski tak memiliki latar belakang akademik di bidang seni, ia mengembangkan keterampilannya secara otodidak, hingga akhirnya mampu menghasilkan lukisan-lukisan yang mendapat apresiasi luas.
Melukis Bukan Sekadar Hobi, Tapi Ekspresi Batin
Bagi I’in, keindahan sebuah lukisan bukan soal mahalnya bahan, melainkan kejujuran emosi dan kedalaman batin pelukisnya. Tak heran, setiap goresan yang ia buat mencerminkan ketenangan, kesabaran, dan rasa syukur.
Hal ini dibuktikan dengan salah satu karyanya yang menarik perhatian banyak orang: lukisan wajah Bupati dan Wakil Bupati Manggarai Barat, Edistasius Endi dan Yulianus Weng, dengan busana adat khas Manggarai.
“Tantangan terbesar seorang pelukis adalah mencocokkan obyek nyata dengan hasil lukisan. Dibutuhkan fokus, ketenangan, dan kesabaran. Suasana hati sangat menentukan hasil karya,” ujarnya, Rabu (19/03).
Selain melukis figur orang lain, I’in juga punya keahlian istimewa: melukis wajahnya sendiri dengan ciri khas yang unik. Beberapa karyanya bahkan menghiasi dinding rumah, menciptakan suasana artistik yang memikat tamu yang datang.
Dari Kanvas ke Nyiru: Seni yang Beradaptasi
Seiring berjalannya waktu, media yang digunakan I’in pun semakin beragam. Tak hanya melukis di kertas dan kanvas, ia juga bereksperimen dengan batu dan nyiru (tampah tradisional). Inovasi ini sejalan dengan misinya untuk mengembangkan seni lokal dan mendukung ekonomi kreatif di Labuan Bajo.
Ia yakin bahwa seni lukis dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan, sekaligus menjadi peluang usaha bagi anak muda. Oleh karena itu, I’in aktif membimbing generasi muda melalui Sanggar Roto Roka Molas Mabar, yang ia dirikan empat tahun lalu.
“Saya ingin seni lukis bukan hanya menjadi ekspresi diri, tapi juga menjadi bagian dari budaya dan ekonomi di Manggarai Barat,” tegasnya.
ASN, Ibu, dan Pelukis: Menyeimbangkan Peran dengan Harmoni
Meski sibuk sebagai Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Kabupaten Manggarai Barat, I’in tak pernah melupakan perannya sebagai ibu dan pelukis. Baginya, semua peran bisa berjalan seiring dan selaras, asal dikelola dengan baik.
Kini, di usia 45 tahun, I’in tetap bersemangat. Dengan hati yang penuh warna, ia berharap lebih banyak generasi muda yang berani berkarya dan menjadikan seni sebagai bagian dari kehidupan mereka.
“Kreativitas tak boleh terhenti. Labuan Bajo adalah destinasi super premium, dan seni lukis bisa menjadi salah satu identitasnya,” tuturnya.
Di balik cat dan kanvas, tersimpan kisah perjuangan, cinta, dan dedikasi. I’in telah membuktikan bahwa melukis bukan hanya soal seni, tapi juga soal jiwa.
Penulis: Hamid