LABUANBAJOVOICE.COM — Institut Teknologi Bandung (ITB) kembali memperkuat kiprahnya dalam inovasi desain dan pengembangan kawasan pariwisata nasional.
Melalui program bertajuk “Desain dan Pembangunan Wayfinding Signage untuk Placemaking Berbasis Landscape & Resource Thematic di Destinasi Wisata Super Prioritas Pulau Rinca, Komodo, Labuan Bajo,” ITB menghadirkan konsep baru sistem informasi ruang yang menggabungkan teknologi 3D printing, narasi budaya, dan interpretasi lingkungan.
Program ini didanai oleh Direktorat Pengabdian Masyarakat dan Layanan Kepakaran (DPMK) ITB Tahun 2025, dan dilaksanakan pada 27–29 Oktober 2025 di Desa Pasir Panjang, Pulau Rinca, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat.
Kegiatan tersebut dipimpin oleh Dr. Kharista Astrini Sakya, M.Ds. (FSRD ITB), dengan anggota tim lintas fakultas, di antaranya Deny Willy Junaidy, Ph.D., Prof. Ramadhani Eka Putra, Ph.D., Dr. Indria Herman, Acep Purqon, S.Si., M.Si., Ph.D., Linda Mawali, M.Ds., dan Stefanus Evan Winarta, S.Ds.
Tim ini juga berkolaborasi dengan mitra profesional Krissandi (PT Jelajah Rattan) dan Adli Arief Luthfan, S.Ars. dari Laboratorium Furniture & Living Design Lab, FSRD ITB.
Ketua program, Dr. Kharista Astrini Sakya, M.Ds., menjelaskan bahwa proyek ini dirancang untuk mengoptimalkan potensi Pulau Rinca sebagai kawasan wisata super prioritas dengan menghadirkan sistem wayfinding yang tidak hanya berfungsi sebagai penunjuk arah, tetapi juga sebagai media edukasi, interpretasi lanskap, dan penguatan identitas lokal.
“Perancangan signage ini tidak sekadar menjadi penunjuk arah, tetapi juga medium bercerita tentang lanskap, budaya, dan konservasi yang diintegrasikan dengan teknologi 3D printing,” ujar Dr. Kharista Astrini di Labuan Bajo, Sabtu (1/11/2025).
Melalui integrasi desain spasial dan storytelling berbasis lanskap, signage ini menjadi bagian dari placemaking, yaitu pendekatan pembangunan ruang publik yang menumbuhkan keterhubungan antara manusia, alam, dan komunitas lokal.
Sebagai bagian dari Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) Labuan Bajo, Pulau Rinca memiliki potensi besar untuk menjadi pusat interpretasi budaya dan ekologi.
Namun, hingga kini, sistem informasi spasial di kawasan tersebut masih terbatas pada fungsi dasar dan belum sepenuhnya merepresentasikan karakter lokal.
Melalui kolaborasi dengan Kepala Desa Pasir Panjang Nurdin, Sekretaris Desa Kasmir, dan partisipasi masyarakat setempat, tim ITB berupaya menciptakan solusi desain kontekstual dan berkelanjutan untuk memperkuat citra Pulau Rinca di mata wisatawan internasional.
“Pendekatan placemaking ini bertujuan membangun pengalaman ruang yang tidak hanya informatif, tetapi juga menggugah keterikatan emosional pengunjung terhadap alam dan budaya lokal,” jelas Kharista.
Sistem signage yang dibangun diharapkan mampu menuntun pengunjung menikmati kawasan wisata secara intuitif, sekaligus mempelajari nilai konservasi dan kearifan lokal yang melekat di setiap lokasi wisata, termasuk Gua Kalong, Batu Lanskap, hingga area pertunjukan Animal Pop.
Program ini menggabungkan disiplin ilmu dari seni rupa, arsitektur, teknik mesin, hingga bioteknologi untuk merancang signage inovatif yang ramah lingkungan dan tahan terhadap kondisi iklim tropis pesisir.
Selain menggunakan material lokal yang disesuaikan dengan karakter lanskap, elemen 3D printing diterapkan untuk menghadirkan detail visual presisi tinggi dan representasi topografi Pulau Rinca.
Setiap elemen signage juga memuat narasi lokal yang menuturkan hubungan masyarakat dengan alam, flora-fauna khas, serta filosofi konservasi Taman Nasional Komodo.
Kolaborasi ini menjadi contoh nyata bagaimana perguruan tinggi dapat berperan langsung dalam penguatan ekonomi kreatif daerah, melalui inovasi yang berpihak pada masyarakat dan keberlanjutan lingkungan.
Hasil kegiatan ini diharapkan memberi manfaat berlapis bagi wisatawan, masyarakat, dan pengelola kawasan.
Bagi pengunjung, sistem wayfinding baru akan menghadirkan pengalaman berwisata yang informatif dan imersif, membantu orientasi di lapangan sekaligus memperkaya wawasan tentang ekologi Pulau Rinca.
Bagi masyarakat lokal, keterlibatan aktif dalam proses desain dan pembangunan signage membuka peluang penguatan kapasitas kreatif dan ekonomi lokal, terutama bagi kelompok muda yang terlibat dalam pelatihan desain digital dan produksi material.
Sementara bagi pengelola kawasan, sistem ini menjadi alat strategis untuk memperkuat citra Pulau Rinca sebagai destinasi wisata yang cerdas, inklusif, dan berwawasan lingkungan.
Signage utama bertuliskan “Welcome to Pasir Panjang Village, Rinca Island” kini menjadi simbol baru penyambutan wisatawan di Pulau Rinca.
Elemen visualnya menggambarkan perpaduan antara bentang alam savana, kekayaan laut, dan kehidupan masyarakat pesisir, menjadikan kawasan ini bukan sekadar tempat singgah, melainkan ruang belajar dan pengalaman budaya.
Dengan pendekatan desain berbasis sains, estetika, dan partisipasi, ITB menegaskan bahwa pembangunan pariwisata masa depan tidak cukup dengan infrastruktur fisik, melainkan perlu membangun sistem informasi dan interpretasi ruang yang menghubungkan manusia dengan makna.**

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan