LABUANBAJOVOICE.COM – Suhu udara di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, tercatat mencapai 20 derajat Celcius pada Jumat (18/7/2025) pagi. Angka ini terbilang cukup rendah untuk wilayah pesisir tropis dan membuat udara terasa lebih dingin dibandingkan hari sebelumnya.

Kepala Kantor Stasiun Meteorologi Kelas IV Komodo, Maria Patricia Christin Seran, menjelaskan fenomena ini terjadi akibat langit yang cerah tanpa tutupan awan sejak dini hari hingga pagi.

“Awan ibaratnya selimut yang menahan panas di permukaan bumi agar tidak cepat lepas ke atmosfer. Ketika langit bersih dari awan, panas tersebut dengan mudah hilang ke angkasa, sehingga suhu permukaan turun drastis menjelang pagi,” ungkap Maria Jum’at malam.

Menurutnya, kondisi ini umum terjadi pada musim kemarau, terutama ketika radiasi panas pada malam hari tidak tertahan oleh awan.

Selain langit cerah, fenomena ini juga dipengaruhi oleh massa udara dingin dari Australia. Saat ini, Australia sedang mengalami musim dingin (Juni–Agustus).

Udara kering dan dingin bergerak menuju Indonesia bagian selatan, termasuk Nusa Tenggara Timur (NTT), dalam bentuk angin timuran yang dominan selama musim kemarau.

“Kombinasi antara langit cerah dan masuknya udara dingin dari Australia membuat pagi kita terasa lebih menusuk,” jelasnya.

Maria mengimbau masyarakat, khususnya yang tinggal di dataran tinggi atau wilayah terbuka, untuk menjaga kesehatan dan mengenakan pakaian hangat saat beraktivitas di pagi hari.

Petani juga diingatkan untuk mewaspadai dampak suhu rendah terhadap tanaman dan hewan ternak yang sensitif terhadap perubahan suhu.

Musim kemarau di NTT telah berlangsung sejak Mei dan diperkirakan mencapai puncaknya pada Agustus.

Menurut BMKG, kemarau tahun ini bersifat “lebih basah” dibandingkan tahun sebelumnya, namun suhu dingin tetap wajar terjadi saat langit cerah.

Ia menegaskan, jika kondisi langit berawan, suhu udara biasanya tidak sedingin ketika langit cerah karena awan berfungsi memantulkan kembali sebagian radiasi panas ke permukaan bumi.

“Fenomena ini sangat wajar terjadi saat musim kemarau, terutama di wilayah selatan khatulistiwa, termasuk NTT,” pungkasnya.