LABUANBAJOVOICE.COM — Festival Golo Koe Bunda Maria Nusantara 2025 kembali digelar dengan semarak sebagai wujud nyata komitmen Keuskupan Labuan Bajo dalam mengangkat Labuan Bajo, tidak hanya sebagai destinasi wisata alam kelas dunia, tetapi juga sebagai pusat wisata rohani dan ziarah Katolik yang inklusif di Indonesia.

Festival ini mengusung tema “Merajut Kebangsaan dan Pariwisata Berkelanjutan yang Sinodal dan Inklusif”, dan untuk pertama kalinya berhasil masuk dalam 10 besar Karisma Event Nusantara (KEN) 2025, dari total 110 event unggulan nasional yang ditetapkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berdasarkan SK Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif No. SK/13/HK.01.02/MP/2025.

Tahun ini sekaligus menjadi momentum penting karena Festival Golo Koe memasuki tahun keempat penyelenggaraannya secara konsisten dan progresif.

Ketua Umum Festival Golo Koe 2025, RD. Rikardus Manggu, menegaskan bahwa festival ini merupakan ungkapan iman umat Katolik yang tumbuh dari akar budaya masyarakat Flores.

Lebih dari sekadar ritual keagamaan, Festival Golo Koe adalah ruang spiritual bersama yang merangkul semua golongan.

“Festival ini lahir dari rahim spiritualitas masyarakat Flores yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan, penghormatan terhadap alam, serta martabat manusia. Dalam semangat sinodalitas, kami membuka ruang dialog antarumat dan menjadikan iman sebagai kekuatan pemersatu bangsa,” ungkap RD. Rikardus dalam keterangannya kepada media, Kamis (30/7/2025)

Sejumlah agenda utama seperti prosesi perarakan Patung Bunda Maria Assumpta Nusantara, perayaan Ekaristi akbar, aksi ekologis, hingga bakti sosial karitatif, menjadi wujud nyata penghayatan iman yang membumi dan menyatu dengan kekayaan budaya Manggarai.

Ketua Pelaksana Festival, Fransiskus Sales Sodo, menekankan bahwa keberhasilan festival ini merupakan hasil kerja kolektif dari berbagai elemen: gereja, pemerintah, pelaku pariwisata, komunitas adat, dan para relawan muda.

Ia menilai, kolaborasi lintas sektor adalah fondasi utama dalam membangun wisata religi yang berkelanjutan.

“Festival ini bukan hanya perayaan iman, tetapi juga cerminan warisan budaya lokal yang terus hidup dari generasi ke generasi. Pemerintah daerah terus memperkuat sinergi dengan gereja, masyarakat adat, komunitas pariwisata, dan generasi muda untuk memastikan festival ini menjadi agenda inklusif yang memperkuat harmoni, toleransi, serta regenerasi nilai-nilai luhur,” ujar Fransiskus.

Ia juga menyampaikan keyakinannya bahwa Flores memiliki potensi besar sebagai pusat wisata religi Katolik di tingkat nasional bahkan internasional.

Lebih lanjut, Frans menjelaskan dengan keberadaan Gua Maria, situs-situs ziarah, dan beragam festival rohani, Flores perlu dikembangkan secara terintegrasi melalui kolaborasi lintas keuskupan dan kabupaten, agar konektivitas serta promosi wisata rohani semakin kuat dan merata.

Festival Golo Koe tahun ini turut dimeriahkan dengan pertunjukan seni budaya, parade lintas etnis, pasar UMKM, serta dialog lintas iman yang menggambarkan semangat keterbukaan dan keberagaman.

Labuan Bajo pun kian mempertegas identitas barunya sebagai destinasi spiritual Katolik yang hidup, toleran, dan menyatu dengan alam.

Tidak hanya menjadi gerbang menuju Taman Nasional Komodo, Labuan Bajo juga tampil sebagai simbol kebangkitan wisata religi berbasis budaya yang mendukung pembangunan pariwisata berkelanjutan dan berkeadilan.