Menurutnya, desa wisata yang masih dikelola secara swadaya oleh masyarakat perlu mendapat pendampingan, baik melalui pelatihan maupun penguatan kapasitas.
“Integrasi antara potensi wisata laut dan wisata gunung menjadi fokus utama dalam upaya menciptakan destinasi yang berdaya saing dan berkelanjutan,” ujar Marhen.
Ia menambahkan, integrasi kebijakan seperti penerapan carrying capacity di TNK, promosi destinasi, dan event pariwisata yang terhubung antara kawasan bahari dan daratan, akan memberi dampak positif berupa pemerataan arus wisatawan hingga ke desa wisata.
Kepala Bidang (Kabid) Destinasi Dinas Pariwisata Ekonomi Kreatif dan Kebudayaan (Disparekrafbud) Manggarai Barat, Yohanes Danggur, menyebutkan terdapat 94 destinasi wisata di kabupaten tersebut, dengan enam desa telah mendapat intervensi melalui Program Fasilitasi Masyarakat Desa Wisata (Fasmadewi).
“Selain itu, kami juga memberikan sembilan jenis pelatihan yang kini memasuki tahap keempat. Pada pengembangan wilayah darat, dilakukan pembangunan atraksi Bukit Anjungan di Warloka Pesisir serta kerja sama dengan WWF untuk aktivitas kayaking di Desa Rangko,” jelas Yohanes.
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan