LABUANBAJOVOICE.COM – Cuaca ekstrem mulai mengintai wilayah perairan dan daratan Kabupaten Manggarai Barat. Memasuki masa peralihan musim dari kemarau ke hujan atau pancaroba, potensi hujan lebat disertai petir dan angin kencang meningkat.
Kondisi ini menjadi perhatian serius Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika serta otoritas pelabuhan untuk mengantisipasi dampak yang dapat membahayakan keselamatan wisatawan dan pelaku wisata di kawasan Taman Nasional Komodo.
Kepala Stasiun Meteorologi Komodo, Maria Patricia Christin Seran, mengingatkan bahwa saat ini wilayah Manggarai Barat masih berada pada masa pancaroba.
Menurutnya, berdasarkan prakiraan cuaca, musim hujan secara umum diprediksi baru akan dimulai pada November mendatang. Namun, sejumlah wilayah bagian timur Manggarai Barat sudah berpotensi diguyur hujan lebih awal, yakni sejak pertengahan hingga akhir Oktober.
“Sekarang kita masih di masa peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Prediksi musim hujan di Manggarai Barat umumnya mulai bulan November,” kata Maria Seran, Sabtu (11/10/2025).
Maria menjelaskan, kondisi gelombang laut di perairan TN Komodo saat ini masih dalam kategori aman. Di wilayah utara, tinggi gelombang berkisar 0,5–1,25 meter, sedangkan di bagian selatan dapat mencapai 2,5 meter.
Namun, kata dia, ketinggian gelombang di bagian selatan tersebut berada di luar kawasan TN Komodo.
Meski demikian, pihaknya tetap mengingatkan seluruh pihak untuk meningkatkan kewaspadaan karena cuaca dapat berubah secara tiba-tiba.
“Hujan lebat yang disertai petir dapat menyebabkan angin kencang. Angin kencang ini bisa memicu gelombang tinggi secara mendadak,” jelas Maria.
Ia juga berpesan kepada wisatawan dan pelaku wisata agar tidak memaksakan pelayaran saat terjadi hujan lebat disertai petir.
“Jika sedang berada di laut, sebaiknya berlindung dulu di pulau terdekat sampai kondisi cuaca kembali aman,” tambahnya.
Merespons potensi cuaca ekstrem tersebut, Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas III Labuan Bajo mengeluarkan surat pemberitahuan resmi (Notice to Mariner) tentang antisipasi cuaca buruk. Surat tersebut ditandatangani oleh Kepala Kantor KSOP Stephanus Risdiyanto pada Sabtu (11/10/2025).
Dalam surat itu, KSOP menginstruksikan lima langkah penting kepada seluruh kapal yang beroperasi di wilayah Labuan Bajo:
1. Nakhoda diminta memastikan kelaiklautan kapal dan selalu memperhatikan prakiraan cuaca serta peringatan dini BMKG melalui https://maritim.bmkg.go.id/ofs/.
2. Memperhatikan jarak pandang dan kecepatan pelayaran yang aman serta segera berlindung jika cuaca memburuk.
3. Kapal yang berlabuh jangkar (mooring) wajib memperhatikan tali jangkar terutama saat angin kencang.
4. Memberitahukan kepada kapal lain jika mengetahui adanya potensi bahaya cuaca.
5. Berkoordinasi dengan Syahbandar dan Basarnas apabila cuaca semakin memburuk.
Peringatan ini diharapkan menjadi peringatan dini bagi semua pihak, termasuk operator kapal wisata, nelayan, hingga wisatawan yang beraktivitas di kawasan perairan TN Komodo.
Kolaborasi antara BMKG, KSOP, dan Basarnas menjadi kunci penting dalam mencegah terjadinya kecelakaan laut akibat perubahan cuaca ekstrem mendadak.
Dengan langkah antisipasi yang matang, diharapkan aktivitas wisata bahari di Labuan Bajo tetap berlangsung aman dan nyaman meskipun berada pada masa peralihan musim.**
Tinggalkan Balasan