LABUANBAJOVOICE.COM – Kebakaran hebat kembali menguji kesiapsiagaan dan ketahanan permukiman padat di wilayah Kecamatan Komodo. Peristiwa tragis itu terjadi di area belakang Pasar Rakyat Batu Cermin, Desa Batu Cermin, Kabupaten Manggarai Barat, pada Jumat siang (5/12/2025) sekitar pukul 13.00 WITA.

Dalam hitungan menit, api melalap sedikitnya 10 unit rumah semi permanen, membuat belasan kepala keluarga kehilangan tempat tinggal beserta seluruh harta benda.

Menurut laporan lapangan, puncak kobaran api bergerak sangat cepat didorong hembusan angin timur yang kuat, sementara bangunan di lokasi mayoritas berstruktur kayu, bambu, dan mudah terbakar. Kondisi tersebut menyulut eskalasi api yang sulit dikendalikan.

Kepala Satuan Pol PP Manggarai Barat yang membawahi Unit Pemadam Kebakaran, Yeremias Ontong, memaparkan bahwa kebakaran bermula dari area dapur salah satu rumah warga. Dari titik awal tersebut, nyala api langsung menerjang bangunan yang berdempetan.

Ia menyebut bahwa konstruksi semi permanen, serta jarak antar rumah yang sangat rapat, mempercepat perluasan api ke seluruh kompleks hunian.

Yeremias menjelaskan bahwa akses menuju lokasi kejadian sangat sempit, membuat mobil pemadam kesulitan bermanuver dan memperlambat penanganan di menit-menit awal.

Ia menilai bahwa kondisi fisik kawasan permukiman padat itu memperburuk upaya penyelamatan.

“Faktor angin kencang dan konstruksi rumah yang didominasi kayu serta bambu membuat api menyebar sangat cepat. Akses menuju titik api juga sempit sehingga menyulitkan proses pemadaman,” kata Yeremias.

Sebanyak 50 personel gabungan-terdiri dari Damkar Manggarai Barat, Polres Mabar, Brimob, TNI, BPBD, serta warga sekitar-diturunkan untuk melakukan penanganan.

Satu unit mobil pemadam, satu unit water cannon Brimob, serta sedikitnya 10 mobil tangki air dikerahkan sebagai suplai.

Upaya pemadaman berlangsung dramatis. Tiupan angin kencang, suhu panas ekstrem, dan pecahan api yang beterbangan membuat petugas harus bekerja dengan kewaspadaan tinggi. Situasi tersebut membuat banyak barang milik warga tidak sempat diselamatkan.

Yeremias menilai bahwa kerapatan bangunan dan keterbatasan ruang evakuasi menjadi faktor utama yang membuat pemadaman semakin kompleks. Petugas berulang kali terpaksa mundur dari titik api karena intensitas panas yang memuncak.

Meskipun deretan rumah luluh lantak, pihak berwenang memastikan tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut.

Kerugian sementara mencakup uang tunai, peralatan elektronik, kulkas, pakaian, makanan, mobil pickup dan perlengkapan usaha rumahan.

Salah satu korban, Muhamad Sinosi (60), mengalami kerugian paling besar di antara warga terdampak. Ia bersama keluarga sedang mencuci pakaian di kali Wae Kesambi saat kebakaran terjadi.

Ketika memperoleh kabar bahwa rumahnya terbakar, ia berlari pulang, namun sudah mendapati api membesar dan tidak dapat menyelamatkan apa pun.

Sinosi kehilangan hampir seluruh aset rumah tangga, termasuk 18 unit kulkas pembeku es yang digunakan untuk usaha penghidupannya.

“Saya dapat kabar dari ipar dan tetangga bahwa rumah terbakar. Saya lari ke rumah, tapi api sudah besar. Uang sekitar Rp8 juta tidak bisa diselamatkan. Semua hangus, yang tersisa hanya pakaian di badan,” lirihnya berlimang air mata.

Ia berharap pemerintah memberikan dukungan segera agar para korban dapat bangkit kembali dari kondisi sulit.

Aparat Polres Manggarai Barat kini melakukan identifikasi di lokasi untuk memastikan penyebab kebakaran serta jumlah definitif kepala keluarga terdampak.

Insiden ini kembali memunculkan pertanyaan besar tentang manajemen tata ruang, keamanan permukiman padat, serta kesiapan infrastruktur pemadaman di kawasan urban Manggarai Barat yang terus berkembang sebagai destinasi pariwisata premium.

Kebakaran Batu Cermin menjadi sinyal keras bahwa perencanaan kawasan rawan bencana, sistem mitigasi, dan penguatan sarana pemadam perlu ditingkatkan secara serius guna mencegah tragedi serupa terulang di masa mendatang.**