“Terkadang masyarakat yang paham mendukung saya, tetapi yang tidak paham malah mengejek atau mengolok saya,” keluhnya.
Ia bahkan menirukan ejekan yang kerap diterima: ‘Ngapain kerja relawan? Emang digaji? Ngapain capek-capek, nanti yang ambil hasilnya orang lain.’
Meski begitu, ejekan tidak menyurutkan langkahnya. Bagi Sumarni, keindahan Desa Komodo adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya pemerintah atau pihak pengelola.
“Saya berharap masyarakat terlibat aktif menjaga kebersihan agar Desa Komodo menjadi desa yang indah, bersih, dan diidamkan wisatawan,” ajaknya dengan penuh harap.
Semangat yang ditunjukkan Sumarni bukan sekadar bentuk kepedulian lingkungan, tetapi juga cerminan komitmen terhadap pariwisata berkelanjutan di salah satu destinasi unggulan Indonesia.
Tinggalkan Balasan