Plt. Direktur Utama BPOLBF, Dwi Marhen Yono, menilai kegiatan ini sebagai langkah strategis dalam memperkuat ekosistem budaya dan industri kreatif di Labuan Bajo.

“Film adalah bahasa universal yang mampu menyampaikan pesan budaya dan nilai-nilai lokal dengan cara yang menyentuh. Sinema Rakyat menjadi momentum untuk menumbuhkan budaya menonton sekaligus memperkuat identitas daerah melalui karya film,” ujar Marhen.

Festival dua hari ini menargetkan 1.500 penonton dari berbagai kalangan — mulai dari anak-anak, keluarga, hingga wisatawan — dengan tiket masuk gratis agar seluruh lapisan masyarakat dapat berpartisipasi.

Selain pemutaran film, Sinema Rakyat juga melibatkan UMKM dan tenant lokal di area Mawatu. Partisipasi ini menjadi bentuk nyata dari integrasi ekonomi kreatif dan pariwisata di Labuan Bajo.

Film yang akan diputar meliputi:

14 November 2025 — Tegar karya Anggi Frisca (2022);

15 November 2025 — Kaka Boss karya Arie Kriting (2024).

Heryanto juga mengungkapkan bahwa Mawatu tengah bersiap menghadirkan Cinema XXI pertama di Pulau Flores, yang akan menjadi daya tarik baru bagi wisatawan dan masyarakat lokal.