Silentium Magnum: Gerakan Keheningan Agung di Labuan Bajo untuk Refleksi Spiritual dan Cinta Alam, Jumat 18 April 2025
Rapat di Kantor Bupati pada 10 April 2025 Hasilkan Kesepakatan untuk Mewujudkan Keheningan Agung pada Jumat Agung dan Zona Khusus di Labuan Bajo

LABUANBAJOVOICE.COM – Bupati Manggarai Barat, Edistasius Endi, memimpin rapat di ruang resmi Bupati yang dihadiri oleh sejumlah pejabat, tokoh agama, aparat TNI/Polri, dan perwakilan masyarakat. Agenda rapat ini adalah pembahasan “Silentium Magnum” atau keheningan agung, sebuah inisiatif untuk merefleksikan diri, meningkatkan keimanan, dan menyerahkan segala urusan kepada Allah.
Kegiatan yang rencananya akan dilaksanakan pada Jumat Agung (18 April 2025) ini, sekaligus sebagai bentuk penghormatan terhadap kisah sengsara Yesus Kristus, diharapkan menjadi momentum bagi seluruh lapisan masyarakat.
Dalam rapat yang berlangsung pada Jumat (10/04/2025) tersebut, Bupati Edistasius Endi menekankan pentingnya menyisihkan waktu untuk hening dan merenung.
“Kita diajak untuk hening. Di hari itu dikurangi aktifitasnya. Butuh keterlibatan kita semua termasuk masyarakat, TNI maupun Polri untuk wujudkan Silentium Magnum. Kurang lebihnya kita diharapkan untuk lebih mendekatkan diri dengan Tuhan,” ungkap Bupati Edi.
Bupati Edi juga menambahkan bahwa jika kegiatan ini terbukti bermanfaat, maka inisiatif keheningan agung ini dapat dijadikan agenda rutin di hari-hari khusus, tidak hanya terbatas pada Jumat Agung.
Mengaitkan inisiatif tersebut dengan tradisi positif yang telah berjalan di Bali, Bupati Edi menyatakan, “Spirit ini sangat baik untuk mengistirahatkan bumi. Kalau kita meniru hal yang positif, ngapain malu?” Pernyataan tersebut menunjukkan harapan pemerintah daerah agar kegiatan ini tidak hanya membawa manfaat spiritual, tetapi juga memberi kesempatan bagi alam untuk beristirahat sejenak dari hingar bingar aktivitas manusia.
Romo Vikaris Jenderal Keuskupan Labuan Bajo, Rm. Rikardus Manggu, yang turut hadir dalam rapat, mengapresiasi gagasan Silentium Magnum. “Sebagai perwakilan dari Gereja Katolik, saya sampaikan terima kasih untuk semua yang hadir. Silentium Magnum itu hampir sama dengan Nyepi. Jumat hening adalah kesempatan untuk mengalami dan juga berpartisipasi dalam perayaan agung ini. Keheningan itu tidak hanya untuk gereja Katolik tapi untuk semua, yakni sebagai wujud rasa cinta kita terhadap bumi,” ujarnya.
Menurut Romo Rikardus, keheningan agung ini merupakan tradisi yang sudah dikenal di kalangan seminari, yang bertujuan untuk mendukung kontemplasi, refleksi, dan introspeksi diri. Dengan mengajak umat Katolik maupun non-Katolik untuk ikut serta, diharapkan masyarakat Labuan Bajo dapat menikmati momen hening sebagai bentuk penghormatan terhadap nilai-nilai keagamaan sekaligus sebagai upaya untuk “mengistirahatkan bumi” dari keramaian.
Hasil Rapat dan Rencana Teknis Pelaksanaan
Dari pertemuan tersebut, sejumlah kesimpulan dan rencana teknis telah disepakati, antara lain:
Pertama; Penerapan Silentium Magnum pada Jumat Agung: Semua pihak menyatakan dukungan penuh untuk melaksanakan Silentium Magnum mulai pada hari Jumat Agung, 18 April 2025.
Kedua; Pembahasan Teknis Lanjutan: Waktu pelaksanaan dan aspek teknis lainnya akan dibahas lebih lanjut secara bersama-sama oleh perwakilan dari Keuskupan, TNI/Polri, serta Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat, termasuk dinas perhubungan dan Pol PP.
Ketiga; Penetapan Zona Khusus: Sebagai langkah awal, beberapa zona di Labuan Bajo akan ditetapkan sebagai area pelaksanaan Silentium Magnum, guna memastikan bahwa kegiatan ini dapat terlaksana dengan tertib dan maksimal.
Pertemuan ini juga dihadiri oleh Wakil Bupati Manggarai Barat, dr. Yulianus Weng; Sekretaris Daerah, Fransiskus Sales Sodo; Kapolres Manggarai Barat, AKBP Christian Kadang; Danlanal Labuan Bajo, Letkol Iwan Hendra Susilo; Danramil 1612-02, Letkol Inf. Gede Budi Ardana; serta berbagai pimpinan OPD dan tokoh agama dari Gereja Protestan, Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, para imam masjid Labuan Bajo, dan Ketua PHDI Manggarai Barat.
Kehadiran semua pihak ini mencerminkan komitmen lintas sektoral untuk menyukseskan gerakan keheningan agung yang dianggap sebagai budaya baru di Kabupaten Manggarai Barat.
Bupati Edi menutup rapat dengan harapan agar Silentium Magnum dapat menjadi tradisi yang tidak hanya menguatkan spiritualitas, tetapi juga mengajak masyarakat untuk lebih menyayangi alam.
“Saya menyambut positif gagasan ini. Ini merupakan gagasan yang baru dan luar biasa. Selain merefleksikan kematian Yesus Kristus, ini juga menjadi momen refresh untuk alam, membiarkan alam istirahat. Marilah kita mulai membiasakan diri, menyadari dan menikmati ketenangan yang dalam. Gerakan ini juga menjadi awal dari sebuah budaya baru bagi kita semua,” tegasnya.
Inisiatif ini dianggap sebagai langkah inovatif yang mengintegrasikan nilai keagamaan dengan kepedulian lingkungan. Dengan merangkul semua elemen masyarakat, diharapkan Silentium Magnum tidak hanya menjadi perayaan keheningan pada hari suci, tetapi juga menjadi momentum untuk memperkuat kesadaran kolektif dalam menjaga keseimbangan alam dan spiritualitas.
Sebagai tradisi yang mengingatkan pada konsep Nyepi di Bali, gerakan ini diharapkan membawa dampak positif yang luas bagi kualitas hidup masyarakat dan kondisi lingkungan di Manggarai Barat.
Dengan semangat persatuan dan harapan akan perubahan, masyarakat Labuan Bajo kini menyambut inisiatif Silentium Magnum sebagai tonggak baru dalam upaya merefleksikan nilai-nilai keagamaan dan menciptakan ruang bagi alam untuk beristirahat.
Pemerintah daerah bersama berbagai pihak diharapkan dapat bekerja sama mewujudkan budaya baru ini demi kebaikan bersama dan kelestarian lingkungan.
Penulis: Hamid