LABUANBAJOVOICE.COM — Angkatan kerja pemuda di Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, menunjukkan dinamika tersendiri dalam struktur ketenagakerjaan.
Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) melalui Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2024, mengungkap gambaran terkini tentang partisipasi dan status pekerjaan pemuda usia 16 hingga 30 tahun di wilayah ini.
“Angkatan kerja pemuda adalah penduduk berumur 16–30 tahun yang kegiatan utamanya bekerja, atau mempunyai pekerjaan tapi sementara tidak bekerja, atau sedang menganggur (mencari pekerjaan atau mempersiapkan usaha). Itu berdasarkan definisi BPS tahun 2024,” jelas Kepala BPS Kabupaten Manggarai Barat, Ikhe Suryaningrum, S.Pi, MAB, dalam keterangan resmi pada Kamis (31/7/2025).
Lebih lanjut, ia jelaskan, berdasarkan data Sakernas Agustus 2024, jumlah pemuda berusia 16–30 tahun yang masuk dalam kategori penduduk bekerja mencapai 46.390 orang atau 32,58 persen dari total pekerja di Manggarai Barat.
Sementara itu, sambungnya, kelompok usia di atas 30 tahun mencapai 94.539 orang (66,39%), dan usia di bawah 15 tahun hanya menyumbang 1,03% dari total penduduk yang bekerja.
“Angka usia pemuda 16–30 tahun sebanyak 46.390 orang atau 32,58 persen. Sedangkan usia 30 tahun ke atas berjumlah 94.539 orang atau 66,39 persen,” ujar Ikhe.
Dalam hal status pekerjaan, data menunjukkan bahwa mayoritas pemuda di Manggarai Barat masih bekerja sebagai pekerja keluarga, yaitu 19.903 orang atau 42,90 persen.
Pekerja keluarga umumnya terlibat dalam usaha rumah tangga, pertanian, atau kegiatan ekonomi informal lainnya tanpa menerima upah langsung.
“Posisi kedua ditempati oleh buruh/pegawai dengan jumlah 12.601 orang atau 27,16 persen, diikuti oleh mereka yang berusaha sendiri sebanyak 4.792 orang (10,33%), dan berusaha dibantu buruh tidak tetap sebesar 2.543 orang (5,48%), ” ujarnya.
Sementara itu, beberapa kategori lain seperti pekerja bebas di sektor pertanian dan non-pertanian tidak dapat ditampilkan karena memiliki nilai Relative Standard Error (RSE) di atas 25 persen, yang membuat data tersebut secara statistik tidak reliabel.
Ketika ditanya mengenai perkembangan wirausaha muda dari Januari hingga Juni 2025, BPS Manggarai Barat menyatakan belum memiliki indikator statistik spesifik terkait pertumbuhan usaha bisnis yang digerakkan oleh pemuda.
“Status pekerjaan dalam survei kami diklasifikasikan berdasarkan pola kerja, seperti berusaha sendiri atau bekerja sebagai buruh. Tapi kami tidak memisahkan sektor bisnis secara eksplisit,” kata Ikhe.
Keterbatasan ini menyulitkan pemetaan pertumbuhan sektor wirausaha muda secara rinci, meskipun sektor ini sangat penting dalam mendorong pembangunan ekonomi berbasis generasi muda.
Data Sakernas juga menunjukkan bahwa tingkat pendidikan turut memengaruhi keterlibatan pemuda dalam dunia kerja.
“Sebanyak 26.360 orang pemuda yang bekerja tercatat berpendidikan SMA atau lebih tinggi, setara dengan 56,82 persen,” ungkap Ikhe.
Sementara itu, sebanyak 9.593 orang (20,68%) hanya mengenyam pendidikan terakhir hingga SMP, dan 10.437 orang (22,50%) berpendidikan maksimal SD atau tidak tamat sekolah dasar.
Angka ini menegaskan bahwa pendidikan menengah atas memiliki peran krusial dalam mendorong partisipasi pemuda dalam dunia kerja yang lebih luas dan formal.
Potret angkatan kerja pemuda di Kabupaten Manggarai Barat masih didominasi oleh pekerja informal dan keluarga.
Meski demikian, tingginya partisipasi pemuda berpendidikan menengah atas membuka peluang strategis untuk peningkatan produktivitas dan kemandirian ekonomi.
Dibutuhkan intervensi konkret dari pemerintah daerah, BPS, dan pemangku kepentingan lainnya untuk menyediakan data sektoral yang lebih terperinci, serta merancang program pemberdayaan ekonomi pemuda yang berbasis pada potensi lokal dan pendidikan.
Tinggalkan Balasan