Yang membuat situasi ini makin mendesak adalah kenyataan bahwa proyeksi kapasitas tersebut direncanakan baru tercapai pada tahun 2030, bukan seawal 2025.
“Padahal, proyeksi awalnya, terminal baru yang dibangun tahun 2022 itu diperkirakan mencapai 1,1 juta penumpang pada 2030. Namun kenyataannya, di 2025 saja kita sudah mendekati angka tersebut,” jelas Ceppy.
Lonjakan pergerakan penumpang yang tak terelakkan setiap tahun membuat UPBU menilai bahwa percepatan ekspansi infrastruktur bukan lagi pilihan, melainkan kewajiban strategis.
“Maka diperlukan langkah-langkah khusus untuk mempercepat penguatan infrastruktur karena pergerakan wisatawan setiap tahun semakin meningkat. Kita harus siap untuk itu,” ujarnya.
Ceppy menyatakan secara terbuka kepada AHY bahwa Bandara Komodo membutuhkan dukungan pemerintah pusat untuk membangun terminal penumpang tambahan.
“Dan hal-hal tersebut yang saya sampaikan kepada Pak AYE agar dapat dibantu terkait rencana pengembangan terminal penumpang kita,” kata Ceppy.
Ia menegaskan bahwa seluruh poin yang dipresentasikan merupakan refleksi kesiapan operasional bandara yang selama ini bekerja maksimal, namun kini dihadapkan pada urgensi ekspansi karena pertumbuhan wisatawan jauh melampaui prediksi nasional.





Tinggalkan Balasan