Pernyataan tersebut memperkuat arah The Golo Mori yang tidak hanya menitikberatkan pengembangan pada bangunan fisik dan pemolesan destinasi, tetapi juga pada kualitas hubungan sosial serta kesetaraan manfaat pembangunan.

Direktur Yayasan Kita Juga (SANKITA) memaparkan hasil asesmen yang dilakukan sejak Mei 2025 di tiga desa dampingan: Golo Mori, Warloka, dan Pantar. Temuan itu menunjukkan masih lebarnya jurang pemenuhan kebutuhan dasar penyandang disabilitas.

Mulai dari akses layanan kesehatan, ketersediaan fasilitas pendidikan yang mendukung, kurangnya infrastruktur adaptif, hingga minimnya alat bantu bagi mereka yang membutuhkan-semua ini mempertegas urgensi peningkatan literasi dan kapasitas masyarakat tentang isu kedisabilitasan.

Berangkat dari temuan tersebut, lokakarya dirancang menjadi ruang pembelajaran lintas sektor.

Peserta diajak mendalami konsep kedisabilitasan, perspektif masyarakat inklusif, hingga strategi mewujudkan ruang sosial yang ramah, terbuka, dan partisipatif.

Melalui sesi materi, diskusi kelompok, dan perumusan rencana aksi, workshop ini menghasilkan sejumlah langkah kolaboratif untuk memastikan penyandang disabilitas memperoleh akses yang benar-benar setara pada tingkat komunitas.