LABUANBAJOVOICE.COM — Kementerian Koordinator Bidang Pangan (Kemenko Pangan) menggelar rapat koordinasi bersama Asosiasi Logistik Forwarder Indonesia (ALFI) NTT dan sejumlah pemangku kepentingan daerah guna memperkuat sistem rantai pasok di kawasan pariwisata super prioritas (DPSP) Labuan Bajo.

Rapat berlangsung di Hotel Meruorah pada Senin, 2 Juni 2025, dipimpin oleh Deputi Bidang Koordinasi Tata Niaga dan Distribusi Pangan, Tatang Yuliono.

Turut hadir Asdep Tata Niaga Pangan Dalam Negeri, Santi Setiastuti; Asdep Logistik Pangan Dalam Negeri, Ridky Irfan Wirautama; serta Asdep Distribusi Pangan, M. Saleh Nugraha.

Pertemuan juga dihadiri berbagai pihak strategis, di antaranya perwakilan BOPLBF, KSOP Labuan Bajo, Bea Cukai, Bulog NTT, Pemkab Manggarai Barat, Ketua ALFI NTT, ARPI, PERPADI NTT, dan KADIN Manggarai Barat.

Dalam rapat tersebut dibahas pentingnya memperkuat supply chain logistik yang masuk ke NTT, khususnya di Labuan Bajo sebagai destinasi utama pariwisata nasional.

Kemenko Pangan mengusulkan pembentukan Forum Logistik bersama sebagai bentuk sinergi antar instansi dan pelaku usaha.

“Kami mendukung penguatan rantai pasok daerah. Forum ini akan jadi platform strategis untuk mempertemukan berbagai kebutuhan dan potensi logistik secara lebih efisien,” ungkap Tatang Yuliono.

Ketua ALFI NTT, Ignasius Charles Angliwarman, menegaskan komitmen pengusaha lokal dalam mendukung efisiensi logistik di sektor pariwisata melalui Program Logistic Tourism.

“Ada dua skema logistik: dari dalam Manggarai Barat sendiri dan dari luar NTT. Saat ini, bahkan kebutuhan makan saja masih didatangkan dari luar. Ini harus jadi perhatian bersama,” tegas Charles.

Ia berharap kolaborasi lintas sektor melalui Forum Logistik akan menjadi solusi nyata dalam mengatasi ketergantungan logistik dari luar daerah.

“Hampir 85% logistik, termasuk beras untuk kebutuhan HOREKA (Hotel, Restoran, Kapal) masih berasal dari luar. Kita harus ubah ini,” tambahnya.

Wakil Ketua Umum KADIN Manggarai Barat Bidang Investasi dan Rantai Pasok, Albertus Elson, juga memaparkan keberhasilan Program KADIN Pertanian Hub yang telah berhasil membangun ekosistem pasok dari hulu ke hilir.

“Kami telah meluncurkan beras lokal seperti Beras Molas Lembor dan Beras Labuan Bajo hasil dari petani lokal. Ini jadi langkah nyata mendorong ketahanan pangan daerah,” katanya.

Lebih jauh, Elson juga mengungkap rencananya membangun 1.000 unit rumah subsidi di Manggarai Barat sebagai bagian dari penguatan ekosistem ekonomi lokal.

Sementara itu, Wakil Ketua PERPADI NTT, Margon, menyampaikan bahwa pihaknya telah menandatangani MoU dengan Bulog untuk mendukung distribusi beras di wilayah NTT.

“Gudang Bulog sekarang penuh. Kami kesulitan menyalurkan beras karena belum ada sistem distribusi yang kuat. Ini yang kami harapkan bisa diselesaikan dengan kolaborasi pemerintah dan sektor swasta,” ujarnya.

Margon mengapresiasi langkah KADIN yang mempromosikan penggunaan produk lokal, termasuk penggunaan Beras Molas Lembor di Hotel Meruorah.

“Saya bangga sekali. Saat makan siang tadi, Head Chef Hotel Meruorah, Pak Adi, memberitahu bahwa yang disajikan adalah Beras Molas Lembor. Ini bukti nyata kolaborasi sektor pariwisata dan petani lokal,” ungkapnya.

Chef Adi, perwakilan dari Hotel Meruorah, membenarkan bahwa beras lokal kini digunakan di hotel bintang lima tersebut.

“Beras Molas Lembor ini spektakuler. Putih, bersih, dan rasanya sangat enak. Bahkan saat dicuci, airnya tetap jernih, tidak seperti beras dari luar,” ujarnya penuh antusias.

Rapat koordinasi ini diharapkan menjadi titik awal pembentukan Forum Logistik yang mampu menjembatani kebutuhan logistik pariwisata dan pangan di Labuan Bajo.

Dengan kolaborasi lintas sektor, diharapkan ketergantungan pada pasokan dari luar daerah bisa ditekan, serta mendukung pertumbuhan ekonomi dan kemandirian pangan daerah.