Kampung Nelayan Merah Putih Desa Warloka Pesisir Labuan Bajo, Kepala DKPP Fatincy: Kesempatan Besar Bagi Warloka untuk Tumbuh Secara Infrastruktur dan Ekonomi

Kepala DKPP Manggarai Barat, Fatinci Reynilda. Foto: Labuan Bajo Voice

Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp LabuanBajoVoice.Com

+ Gabung

LABUANBAJOVOICE.COM – Program nasional Kampung Nelayan Merah Putih yang tengah dibangun di Desa Warloka Pesisir, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, mendapat sambutan positif dari berbagai pihak, termasuk Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Kabupaten Manggarai Barat.

Kepala DKPP Manggarai Barat, Fatinci Reynilda, mengungkapkan dukungan penuhnya terhadap program ini yang dinilai strategis dalam mendorong kemajuan ekonomi nelayan lokal serta memperkuat identitas Warloka sebagai kampung nelayan maritim berkelas dunia.

“Kami sangat mendukung dan mengapresiasi program Kampung Nelayan Merah Putih. Ini kesempatan besar bagi Warloka untuk tumbuh secara infrastruktur dan ekonomi, tanpa meninggalkan budaya lokalnya,” ungkap Reynilda disela-sela kunjungan kerja Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Sakti Wahyu Trenggono di Labuan Bajo, Rabu (4/6/2025).

Fatinci menegaskan, meskipun ada pembangunan fisik dalam program ini, identitas budaya Desa Warloka tidak akan terganggu, terutama tradisi pasar barter yang telah mengakar selama ratusan tahun.

“Perubahan hanya dilakukan secara fisik pada pasar serta penambahan fasilitas pariwisata. Karakter Pasar Warloka sebagai pasar barter tetap dipertahankan,” tegasnya.

Pasar Warloka yang digelar setiap hari Selasa pagi akan tetap menjadi ruang interaksi ekonomi tanpa uang tunai, di mana nelayan dan petani bertukar hasil tangkapan dan panen seperti ikan, beras, pisang, sayur-mayur, hingga hasil bumi lainnya.

Sebagai bagian dari kesiapan menghadapi transformasi desa, DKPP Mabar juga telah memberikan pendampingan dan pelatihan teknis kepada masyarakat nelayan.

“Saat ini kita tengah membimbing masyarakat yang memiliki kapal nelayan untuk lengkapi surat-surat, baik warga Warloka Pesisir maupun kapal-kapal dari desa tetangga yang akan bersandar atau mengisi BBM di pelabuhan,” ujar Fatinci.

Selain itu, masyarakat juga dilatih untuk menjaga sarana prasarana dan ekosistem laut, demi keberlanjutan sumber daya alam pesisir yang menjadi sandaran hidup mereka.

Ia mengakui, sempat terjadi penolakan awal terhadap rencana pembangunan SPBUN (Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Nelayan) dari sebagian warga akibat kurangnya informasi.

“Itu hanya miskomunikasi. Mereka belum paham konsep pembangunan yang disiapkan. Setelah dijelaskan, ternyata masyarakat mendukung penuh,” jelasnya.

DKPP Manggarai Barat telah menyusun konsep pembangunan berbasis kolaborasi antara kebijakan nasional dan kearifan lokal. Kampung nelayan modern yang sedang dirancang akan dilengkapi dengan dermaga, SPBUN, cold storage, serta fasilitas pariwisata—namun tetap memberi ruang bagi budaya lokal dan narasi sejarah masyarakat Warloka.

Pernyataan tersebut senada dengan apa yang disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Sakti Wahyu Trenggono, dalam kunjungannya ke Warloka pada Selasa (3/6/2025).

“Warloka sangat layak dikembangkan karena mayoritas warganya berprofesi sebagai nelayan dan lokasinya berada di jalur strategis pariwisata Labuan Bajo,” tegas Menteri Trenggono saat itu.

Dengan dukungan pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat, Desa Warloka kini sedang bertransformasi menjadi model kampung nelayan masa depan yang maju secara ekonomi, tangguh secara budaya, dan lestari secara ekologi.

Program Kampung Nelayan Merah Putih bukan hanya proyek pembangunan, melainkan simbol komitmen negara hadir bagi nelayan dan kampung-kampung pesisir di Indonesia. Warloka menjadi contoh nyata bahwa kemajuan tidak harus mengorbankan akar budaya dan jati diri masyarakat.

Penulis: Hamid

Pos terkait