LABUANBAJOVOICE.COM – Tim pengabdian masyarakat Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar kegiatan bertajuk “Pendekatan Climate Smart Farming, Kultural, dan Desain dalam Peningkatan Ketahanan Nutrisi dan Pangan Masyarakat Desa Pasir Panjang, Pulau Rinca, Nusa Tenggara Timur Menuju Desa Wisata Kuliner Sehat”.
Kegiatan berlangsung selama tiga hari, dari 27 hingga 29 Oktober 2025, di Desa Pasir Panjang, Pulau Rinca, sebagai bagian dari program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) yang didanai oleh Direktorat Pengabdian Masyarakat dan Layanan Kepakaran (DPMK) ITB tahun 2025.
Program ini diketuai oleh Dr. Angga Dwiartama dari Kelompok Keahlian Manajemen Sumber Daya Hayati, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB. Tim juga melibatkan berbagai ahli lintas disiplin, yakni Deny Willy Junaidy, Ph.D. (FSRD ITB / Kepala Laboratorium Furniture & Living Design Lab), Prof. Ramadhani Eka Putra, Ph.D., Dr. Indria Herman, Dr. Acep Purqon, dan Dr. Ida Kinasih dari UIN Bandung.
Pelaksanaan kegiatan turut melibatkan pemerintah desa, antara lain Kepala Desa Nurdin, Sekretaris Desa Kasmir, serta Direktur BUMDes Kuba Arisda, yang menyambut baik inisiatif ini sebagai bagian dari penguatan kapasitas masyarakat lokal menuju desa mandiri pangan.
Dalam keterangan kepada awak media di Labuan Bajo, Sabtu (1/11/2025), Dr. Angga Dwiartama menjelaskan bahwa kegiatan ini dirancang untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa melalui pemenuhan kebutuhan nutrisi dan pangan berbasis teknologi cerdas dan kearifan lokal.
“Sebagai desa yang berbatasan dengan kawasan Taman Nasional Komodo, penduduk Pasir Panjang memiliki keterbatasan dalam memanfaatkan lahan untuk pertanian. Gangguan dari hewan liar dan ternak yang berkeliaran bebas menjadi kendala utama,” ujar Dr. Angga.
Untuk mengatasi kendala tersebut, tim ITB menerapkan pendekatan climate smart farming dan pertanian rumah tangga terintegrasi, yang mengedepankan pemanfaatan sumber daya lokal, inovasi teknologi sederhana, serta pengolahan pasca panen yang berkelanjutan.
Program ini mencakup lima kegiatan utama:
- Pengenalan teknologi fish finder bagi nelayan lokal guna melengkapi pengetahuan tradisional mereka dalam produksi pangan laut.
- Penerapan hidroponik rumah tangga untuk budidaya sayuran sehat di lahan terbatas.
- Pengembangan resep olahan pangan lokal bernilai ekonomi tinggi untuk mendukung wisata kuliner sehat.
- Penerapan pertanian terintegrasi skala rumah tangga, menggabungkan produksi ternak dan pengolahan limbah organik.
- Pengenalan teknologi sederhana perlindungan pasca panen agar produk pangan lebih tahan lama dan higienis.
Fokus utama kegiatan ini adalah pemberdayaan perempuan, khususnya ibu rumah tangga dan wanita muda.
Berdasarkan hasil riset tim ITB, kelompok perempuan memiliki peran strategis dalam pengembangan produk pertanian masa depan dan pendidikan teknologi pangan lokal.
“Melalui pendidikan, teknologi sederhana, dan kolaborasi budaya, perempuan dapat menjadi aktor utama dalam menciptakan sistem pangan berkelanjutan yang menghasilkan produk sehat bernilai ekonomi tinggi,” tambah Dr. Angga.
Kegiatan ini tidak hanya berfokus pada ketahanan nutrisi dan pangan, tetapi juga diarahkan untuk mendorong Pasir Panjang sebagai desa wisata kuliner sehat.
Hasilnya diharapkan mampu memperkuat branding Labuan Bajo sebagai destinasi unggulan berbasis keberlanjutan dan kesejahteraan masyarakat lokal.
“Program ini bisa menjadi model pengembangan ketahanan pangan di wilayah pulau kecil dan kawasan penyangga taman nasional lain. Kami ingin menggabungkan tradisi, teknologi, dan kekuatan sosial menjadi aktivitas berkelanjutan,” tutupnya.**





Tinggalkan Balasan