Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp LabuanBajoVoice.Com
+ Gabung
Momen ini menjadi ajang ibadah bersama dan simbol harmoni antara nilai-nilai gereja dan kearifan budaya lokal Manggarai.
Inkulturasi menjadi napas utama festival ini. Gereja Katolik dalam konteks lokal hadir bukan untuk meniadakan budaya, melainkan berjalan bersama adat istiadat masyarakat melalui pendekatan sinodal yang menekankan kolaborasi dan keberagaman.
“Festival Golo Koe menjadi inisiator tentang bagaimana Gereja Katolik merayakan religiusitas dalam keberagaman iman dan pengembangan pariwisata Pulau Flores yang sejalan dengan semangat ekopastoral. Golo Koe adalah bagian dari ziarah spiritual yang menghidupi jiwa, dan pariwisata adalah ruang yang berpadu dengan semangat kebersamaan,” jelas Frans.
Keuskupan Labuan Bajo: Rumah Kebangsaan dan Mozaik Persaudaraan
Sekretaris Jenderal Keuskupan Labuan Bajo, RD Frans Nala, dalam siaran pers resmi menyampaikan bahwa tema festival tahun ini sejalan dengan arah dasar karya pastoral keuskupan yang baru terbentuk.
“Keuskupan Labuan Bajo baru saja terbentuk menjadi sebuah gereja lokal dengan kekayaan sosial, keragaman etnis/budaya, dan pluralitas agama. Dengan profil kemajemukan ini, Keuskupan Labuan Bajo ingin menjadi sebuah rumah kebangsaan yang ramah dan mozaik persaudaraan yang harmonis,” terangnya.