LABUANBAJOVOICE.COM — Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores (BPOLBF), Dwi Marhen Yono, menggelar kegiatan bertajuk Diskusi Kolaborasi Bersama Media (Diskoria) di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, pada Selasa (8/7/2025).

Kegiatan ini sekaligus menjadi forum perkenalan dirinya sebagai pimpinan sementara BPOLBF yang baru menggantikan Fransiskus Xaverius Teguh, yang saat ini kembali menjalankan tugas di pusat.

Diskusi berlangsung santai namun bermuatan strategis, dihadiri oleh insan media lokal sebagai bagian dari upaya membangun komunikasi dua arah yang terbuka dan konstruktif antara BPOLBF dan mitra media di wilayah destinasi super prioritas Labuan Bajo.

Dalam pertemuan yang berlangsung akrab tersebut, Marhen memperkenalkan latar belakang pribadinya sebagai seorang birokrat yang memulai karier dari bawah.

Ia menuturkan bahwa dirinya berasal dari keluarga petani. Kedua orang tuanya seorang petani, bahkan kedua orang tuanya tidak menamatkan pendidikan dasar.

“Saya ini dari rakyat biasa. Pernah jadi kepala desa, lurah, camat, kepala dinas, hingga dipercaya menjadi Direktur di Kementerian. Dan sekarang saya mendapat tugas sebagai Plt Direktur Utama BPOLBF,” ujarnya.

Marhen saat ini juga menjabat sebagai Direktur Pemasaran Pariwisata Nusantara di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).

Ia menyampaikan bahwa penunjukannya sebagai pelaksana tugas di BPOLBF merupakan bentuk kepercayaan untuk menjembatani transisi kelembagaan menjelang selesainya revisi Peraturan Presiden (Perpres) terkait struktur Otorita Pariwisata.

“Targetnya, pada Juli hingga September 2025, Perpres baru yang mengintegrasikan tiga Otorita — Labuan Bajo, Borobudur, dan Toba — dapat rampung. Setelah itu, proses open bidding Direktur Utama BPOLBF akan dilaksanakan. Saya hanya menjembatani proses itu,” jelasnya.

Diskoria bukan sekadar ajang perkenalan, melainkan juga panggung untuk membangun komitmen komunikasi yang terbuka dan kolaboratif dengan insan media.

Marhen menegaskan bahwa dirinya lebih menyukai pendekatan informal dan egaliter, di mana setiap pihak merasa nyaman menyampaikan masukan, saran, bahkan kritik.

“Saya ingin diskusi semacam ini dilakukan rutin, mungkin sebulan sekali. Kita ngopi bareng, ngobrol santai. Kalau ada unek-unek, sampaikan langsung. Saya terbuka dan tidak ingin hubungan kerja kita kaku atau formalitas saja,” ungkapnya.

Ia juga menekankan bahwa media memiliki peran penting sebagai mitra dalam mendorong perkembangan sektor pariwisata di Labuan Bajo agar memberi manfaat nyata bagi masyarakat lokal.

“Pariwisata ini harus berdampak ekonomi bagi semua, bukan hanya pihak tertentu. Maka dari itu, saya butuh dukungan semua pihak, termasuk teman-teman media,” tambahnya.

Dalam pertemuan tersebut, Marhen juga menyampaikan bahwa kehadirannya bukan untuk membawa perubahan radikal, tetapi lebih pada menjalankan fungsi transisi kelembagaan BPOLBF secara efektif dan menjaga kesinambungan program.

Ia berharap komunikasi yang terbangun bersama media bisa menjadi jembatan untuk menyerap aspirasi masyarakat sekaligus mengawal arah pengembangan pariwisata super prioritas yang inklusif dan berkelanjutan.

“Kalau kita sudah saling percaya, sudah connect, apapun itu akan lebih mudah diselesaikan. Prinsip saya sederhana, jangan ada dusta di antara kita,” tutupnya disambut tawa ringan para peserta diskusi.