Dalam sambutannya, Plt. Direktur Utama BPOLBF, Dwi Marhen Yono, menegaskan bahwa para finalis bukan hanya peserta, tetapi “mesin penggerak di destinasi” yang memiliki visi kuat untuk membangun pariwisata berbasis masyarakat.

“Top 5 ini menjadi mesin penggerak di destinasi. Mereka bukan hanya membawa ide, tapi juga semangat untuk menciptakan perubahan nyata di daerahnya melalui pariwisata yang berkelanjutan dan berbasis komunitas,” ujar Marhen.

Melalui program FDLP, kata dia, kami ingin menumbuhkan lebih banyak pemimpin lokal yang mampu menjadi katalis transformasi dan menggerakkan kolaborasi lintas sektor untuk kemajuan pariwisata Flores.

Menurutnya, FDLP dirancang bukan sekadar pelatihan, tetapi platform pembelajaran dan kolaborasi lintas sektor untuk menciptakan ekosistem destinasi yang berkelanjutan, inklusif, dan berdaya saing global.

Grand Final FDLP menghadirkan tiga tokoh penting sebagai tim penilai sekaligus narasumber, yaitu:

  • Fransiskus Xaverius Teguh (Frans Teguh), Staf Ahli Menteri Bidang Pembangunan Berkelanjutan dan Konservasi Kemenparekraf RI,
  • Nia Niscaya, Adyatama Kepariwisataan & Ekonomi Kreatif Ahli Utama Kemenparekraf RI,
  • Dr. Amelda Pramezwary, Dosen Universitas Pelita Harapan.

Ketiganya menilai tidak hanya aspek teknis proyek, tetapi juga dampak sosial, potensi ekonomi, dan keberlanjutan lingkungan dari setiap gagasan yang diusung peserta.