LABUANBAJOVOICE.COM — Komodo Waterfront Festival 2025 resmi dibuka di kawasan Waterfront City Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada Sabtu (15/11/2025). Memasuki tahun ketiganya, festival tahunan yang digagas Hotel Meruorah Komodo Labuan Bajo kembali menyajikan rangkaian kegiatan seni, budaya, dan hiburan yang dirancang untuk memperkuat citra Labuan Bajo sebagai destinasi pariwisata nasional berkelas dunia.
Penyelenggaraan tahun ini menandai tonggak penting keberlanjutan festival yang terus berkembang sejak pertama kali digelar pada 2022.
Dengan agenda yang diperluas dan pelibatan komunitas lokal yang lebih luas, Komodo Waterfront Festival dirancang menjadi ruang kolaborasi antara pemerintah, pelaku industri, masyarakat, serta generasi muda Manggarai Barat.
Wakil Bupati Manggarai Barat, Yulianus Weng, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi terhadap penyelenggaraan festival, yang dinilai memberikan kontribusi nyata bagi pelestarian budaya lokal dan pertumbuhan sektor pariwisata.
“Kita bersyukur kepada Tuhan karena pagi ini kita bisa berkumpul di depan Hotel Meruorah. Ini merupakan peran penting yang selalu mengiringi kegiatan festival yang diselenggarakan oleh Melora,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa pelaksanaan festival selama sepekan, mulai 15 hingga 22 November, menjadi momentum penting untuk memperkuat identitas budaya Manggarai Barat sekaligus memberdayakan masyarakat lokal secara berkelanjutan.
“Festival ini merupakan festival ketiga sejak 2022. Pemerintah memberikan apresiasi yang tinggi kepada pengelola Meruorah yang telah membantu melestarikan budaya, memberdayakan masyarakat, mengolah lahan, serta meningkatkan pertumbuhan pariwisata,” ucapnya.
Yulianus menambahkan bahwa keberlanjutan festival ini menjadi bukti komitmen bersama dalam membangun ruang budaya yang inklusif, kreatif, dan produktif bagi generasi mendatang.
Salah satu agenda utama tahun ini adalah Festival Songke, peragaan budaya yang melibatkan sekitar 1.000 anak dari berbagai wilayah di Manggarai Barat. Kegiatan ini ditargetkan masuk Rekor MURI sebagai salah satu peragaan songke terbesar yang pernah digelar di Nusa Tenggara Timur.
“Terima kasih kepada semua pihak, terutama pengurus dan panitia, sehingga kegiatan ini terlaksana dengan indah. Pemerintah tentu bangga, dan kami berharap ke depan festival ini semakin maju dan terus dilaksanakan dengan lebih baik,” kata Yulianus.
Keterlibatan ribuan pelajar ini tidak hanya menegaskan regenerasi pelestarian budaya Manggarai, tetapi juga memberikan pengalaman langsung bagi anak-anak untuk mengenal identitas kultural mereka di panggung publik.
Direktur PT Indonesia Ferry Properti (IFPRO), Ferry Snyders, memberikan apresiasi kepada peserta festival, terutama para pelajar yang sejak pagi mengikuti prosesi pembukaan.
“Selamat, adik-adik sudah berdiri cukup lama. Karena itu saya ikut solidaritas, berdiri di pinggir jalan supaya kita sama-sama merasakan hal yang sama,” ujarnya.
Ferry menegaskan bahwa Hotel Meruorah Komodo Labuan Bajo, sebagai penyelenggara utama, merupakan ruang bersama yang terbuka bagi masyarakat setempat.
“Hotel Meruorah adalah milik warga Labuan Bajo. Kalau ada kegiatan dari tanggal 15 sampai 22 nanti, adik-adik tidak perlu ragu untuk masuk dan mengikuti acara. Ini hotel kita bersama, hotel untuk warga Labuan Bajo,” ungkapnya.
Pernyataan tersebut memperkuat pesan bahwa festival ini bukan hanya milik institusi penyelenggara, tetapi milik seluruh komponen masyarakat.
Komodo Waterfront Festival 2025 diharapkan mampu menarik lebih banyak kunjungan wisatawan, memperkuat kalender pariwisata tahunan Labuan Bajo, serta mengangkat kembali nilai-nilai budaya lokal sebagai daya tarik utama.
Dengan keterlibatan komunitas lokal, pelajar, pengrajin songke, dan berbagai pelaku seni, festival ini diyakini menghadirkan pengalaman budaya yang otentik dan berkelanjutan.**





Tinggalkan Balasan