Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp LabuanBajoVoice.Com
+ Gabung
Pihaknya pun berinisiatif untuk menampung seluruh limbah botol itu dan mengolahnya menjadi pasir menggunakan mesin penghancur kaca. Pasir hasil daur ulang itulah yang kemudian digunakan sebagai agregat bangunan Pusat Pembelajaran Lingkungan, dicampur pasir sungai, dan semen.
Selain pasir, batuan dinding bangunan tersebut juga diganti dengan pecahan kaca botol-botol bekas (berbentuk bulat) untuk menopang bangunan seluas 7×13 meter persegi itu. Menurut Ica penggunaan kaca sebagai material bangunan dapat meningkatkan kekuatan jangka panjang, termasuk insulasi panas yang lebih baik.
“Gedung ini juga dirancang arsitek, untuk kekuatan bangunan tiangnya pakai besi, untuk temboknya pakai pasir kaca dicampur dengan pasir sungai. Sementara dinding yang lazimnya pakai batu bata diganti dengan botol kaca. Gedung ini baru dibangun tiga bulan yang lalu,” ungkapnya.
Jika dikaitkan dengan prinsip ekonomi sirkular, menurut Ica, praktik tersebut sangat sejalan karena ekonomi sirkular bertujuan membuat suatu produk dan material dapat digunakan selama mungkin untuk meminimalisir limbah.