Afrianus, Bocah Yatim Piatu yang Diamputasi Kakinya di Manggarai Barat: Butuh Uluran Tangan Para Dermawan
Afrianus, Bocah Yatim Piatu yang Diamputasi: Harapan Kecil di Tengah Derita, Butuh Uluran Tangan Para Dermawan

LABUANBAJOVOICE.COM – Hidup adalah perjalanan yang penuh misteri, kadang membawa kebahagiaan, kadang menyisakan duka yang tak terperi. Bagi Afrianus Ronal, bocah yatim piatu berusia 10 tahun dari Desa Pota, Kecamatan Boleng, Kabupaten Manggarai Barat, hidup telah memperlihatkan sisi paling kelamnya.
Sejak kecil, Afrianus harus menerima kenyataan pahit kehilangan kedua orang tuanya. Ayahnya, Sirilus Jehasa, meninggal saat ia berusia enam tahun. Tak lama setelah itu, ibunya, Elisabet Seinda, juga pergi meninggalkan dunia, tepat setelah adik laki-lakinya lahir. Sejak saat itu, Afrianus dan adiknya harus menjalani hidup tanpa kasih sayang orang tua, bertahan dengan pengasuhan kakek dan nenek mereka, Tarsisius Panda dan Martina Gima.
Namun, seolah belum cukup ujian hidup yang harus ia lalui, Afrianus kini harus kehilangan sesuatu yang lebih dari sekadar kasih sayang—ia kehilangan bagian tubuhnya. Kaki kirinya diamputasi setelah mengalami cedera serius yang berujung pada keputusan medis yang menyakitkan.
Tangisan Tanpa Pelukan, Luka Tanpa Obat
Sejak kepergian orang tuanya, Afrianus tumbuh menjadi anak yang tegar. Namun, tak jarang ia merasa kesepian. Setiap kali melihat teman-temannya dipanggil pulang oleh orang tua mereka, ia hanya bisa menunduk. Setiap kali melihat seorang anak digendong ibunya, ia hanya bisa menelan tangis dalam diam.
Bocah kecil itu tidak pernah mengeluh. Dalam doanya, ia hanya meminta agar dirinya dan adiknya tetap diberikan kehidupan yang lebih baik.
Namun, takdir berkata lain. Pada September 2024, Afrianus mengalami kecelakaan kecil saat bermain bola dengan teman-temannya. Ia tergelincir dan lutut kirinya terkilir. Awalnya, ia hanya menganggapnya sebagai cedera biasa. Namun, semakin lama, rasa sakit itu menjadi semakin parah.
Afrianus tetap berusaha tegar. Meski kesakitan, ia tetap pergi ke sekolah, berusaha menahan nyeri yang semakin hari semakin tak tertahankan. Hingga suatu hari, ia kembali terjatuh, membuat lututnya semakin membengkak.
Perjalanan Menuju Amputasi, Keputusan yang Mengiris Hati
Pada 14 Januari 2025, pamannya, Albertus, membawanya ke Rumah Sakit Siloam untuk mendapatkan perawatan. Dokter mencoba berbagai cara untuk menyelamatkan kakinya, termasuk menyedot darah kotor yang mengendap di lututnya. Namun, kondisinya tak kunjung membaik.
Setelah perjuangan panjang dan penuh harapan, pada 27 Februari 2025, dokter akhirnya mengambil keputusan pahit—Afrianus harus menjalani amputasi. Tak ada pilihan lain jika ia ingin bertahan hidup.
Di atas ranjang rumah sakit, bocah kecil itu hanya bisa menatap langit-langit, menengadah pasrah. Dalam hatinya, ia mungkin bertanya, “Mengapa aku?” Tapi ia tak berteriak, tak menjerit. Air matanya mengalir dalam diam, seolah menerima bahwa hidup memang tidak selalu memberi apa yang kita inginkan.
Namun, ada satu hal yang membuatnya tetap bertahan. Ia tak ingin meninggalkan adiknya sendirian di dunia ini.
“Aku harus tetap hidup. Aku harus tetap ada untuk adikku.” Itulah yang membuatnya bertahan, meskipun harus kehilangan satu kakinya.
Harapan Kecil di Tengah Kepedihan, Butuh Uluran Tangan Para Dermawan
Kini, setelah operasi amputasi pada 4 Maret 2025, Afrianus sudah diperbolehkan pulang. Namun, masalah belum berakhir. Keluarga kecil yang merawatnya kini menghadapi tantangan baru—bagaimana mereka bisa memenuhi kebutuhan Afrianus, terutama untuk perawatan medis, alat bantu jalan, dan kebutuhan lainnya.
Pamannya, Albertus, dengan berat hati mencoba mencari bantuan.
“Kami tidak tahu harus bagaimana. Kalau perawatannya masih di rumah sakit, BPJS bisa menanggung. Tapi kalau sudah di rumah, kami harus mencari biaya sendiri. Sedangkan kami tidak punya cukup uang,” ujarnya dengan suara bergetar.
Saat ini, keluarga Afrianus berencana mengajukan permohonan bantuan kepada pemerintah Manggarai Barat melalui Dinas Sosial. Mereka berharap ada sedikit harapan untuk bocah kecil ini agar ia bisa kembali menjalani hidupnya dengan lebih baik.
“Kami rencana mau ajukan bantuan ke dinas sosial, supaya ada biaya untuk membeli sepatu khusus dan perlengkapan lain yang bisa membantunya berjalan lagi,” tambah Albertus.
Namun, mereka juga menyadari bahwa bantuan pemerintah mungkin tidak cukup. Itulah mengapa mereka berharap ada tangan-tangan dermawan yang tersentuh hatinya untuk membantu.
Bagi siapa saja yang ingin berbagi kepedulian dan membantu Afrianus mendapatkan kehidupan yang lebih layak, keluarga memohon dengan segala kerendahan hati agar bantuan dapat disalurkan melalui rekening berikut:
Bank BRI
Nomor Rekening: 472801007007530
Atas Nama: Yanuarius Nantar Gambur
Kita mungkin tidak bisa menghapus semua luka di hidupnya, tetapi kita bisa menjadi cahaya kecil yang menerangi jalannya. Karena di balik segala derita, selalu ada tangan-tangan yang mampu mengubah air mata menjadi senyuman.
Mari bantu Afrianus untuk kembali berdiri, meski tanpa kaki, tetapi dengan harapan yang lebih besar.
Penulis: Hamid