Yeremias menjelaskan bahwa akses menuju lokasi kejadian sangat sempit, membuat mobil pemadam kesulitan bermanuver dan memperlambat penanganan di menit-menit awal.
Ia menilai bahwa kondisi fisik kawasan permukiman padat itu memperburuk upaya penyelamatan.
“Faktor angin kencang dan konstruksi rumah yang didominasi kayu serta bambu membuat api menyebar sangat cepat. Akses menuju titik api juga sempit sehingga menyulitkan proses pemadaman,” kata Yeremias.
Sebanyak 50 personel gabungan-terdiri dari Damkar Manggarai Barat, Polres Mabar, Brimob, TNI, BPBD, serta warga sekitar-diturunkan untuk melakukan penanganan.
Satu unit mobil pemadam, satu unit water cannon Brimob, serta sedikitnya 10 mobil tangki air dikerahkan sebagai suplai.
Upaya pemadaman berlangsung dramatis. Tiupan angin kencang, suhu panas ekstrem, dan pecahan api yang beterbangan membuat petugas harus bekerja dengan kewaspadaan tinggi. Situasi tersebut membuat banyak barang milik warga tidak sempat diselamatkan.
Yeremias menilai bahwa kerapatan bangunan dan keterbatasan ruang evakuasi menjadi faktor utama yang membuat pemadaman semakin kompleks. Petugas berulang kali terpaksa mundur dari titik api karena intensitas panas yang memuncak.






Tinggalkan Balasan