LABUANBAJOVOICE.COM — Upaya memperkuat transformasi digital di sektor pendidikan kembali diperkuat melalui kolaborasi antara Anita Jacob Gah, Anggota DPR RI Komisi X Fraksi Demokrat dari daerah pemilihan NTT II, dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Kolaborasi ini diwujudkan lewat kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) bertajuk “Sosialisasi Pemanfaatan Artificial Intelligence untuk Pembelajaran” yang melibatkan para kepala sekolah SMA/SMK, operator sekolah, dan guru TIK se-Kabupaten Manggarai Barat.
Acara berlangsung di ballroom Sylvia Resort Komodo, Labuan Bajo, Kamis (16/10/2025), dengan fokus utama memperkenalkan dan memperdalam pemanfaatan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) untuk mendukung peningkatan kualitas pembelajaran.
“Sebagai satu-satunya anggota Komisi X dari NTT saat ini, saya merasa punya tanggung jawab untuk memastikan kemajuan dunia pendidikan di seluruh wilayah NTT, bukan hanya daratan Timor,” tegas Anita dalam sambutannya.
“Teknologi AI menjadi salah satu kunci penting dalam menciptakan sistem pembelajaran yang adaptif, inovatif, dan berdaya saing global,” sambungnya.
Anita menyebut, AI bukan sekadar tren teknologi, melainkan pondasi strategis dalam pengambilan keputusan berbasis data, efisiensi manajemen sekolah, serta personalisasi proses belajar dan mengajar.
Menurutnya, guru dan kepala sekolah perlu menguasai literasi teknologi agar mampu mengimbangi perkembangan zaman.
Pada kesempatan sama, Instruktur BRIN, Farly Shabahul Khairi, dalam paparannya menjelaskan bahwa BRIN merupakan satu-satunya lembaga riset milik pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
“Fungsi utama BRIN adalah melakukan penelitian, pengembangan, dan inovasi di berbagai bidang, termasuk pendidikan. Bidang riset kami mencakup pertanian, kelautan, kesehatan, teknologi informasi, hingga kecerdasan buatan dan keamanan siber. Hasil riset ini harus dimanfaatkan oleh masyarakat, termasuk sekolah-sekolah,” jelas Farly.
Dalam konteks pendidikan, Farly menekankan bahwa AI telah menjadi game changer dalam proses pembelajaran modern. Teknologi ini memungkinkan personalisasi pembelajaran sesuai kemampuan dan gaya belajar siswa, membantu guru dalam penilaian objektif, serta mempercepat administrasi sekolah melalui otomatisasi.
Farly memaparkan sejumlah manfaat strategis AI bagi sekolah dan guru, antara lain:
1. Pengambilan Keputusan Berbasis Data — AI dapat menganalisis nilai, kehadiran, serta performa sekolah untuk mendukung keputusan strategis.
2. Efisiensi Manajemen Sekolah — Sistem absensi, penjadwalan, dan administrasi dapat diotomatisasi.
3. Evaluasi dan Monitoring Kinerja Guru — AI membantu menilai kinerja guru dan siswa secara objektif serta menyusun laporan perkembangan belajar.
4. Personalisasi Pembelajaran — Materi dan metode belajar dapat disesuaikan dengan kebutuhan individu siswa.
5. Asisten Pengajaran Digital — Guru dapat memanfaatkan AI untuk pembuatan soal otomatis, rangkuman materi, hingga pelaporan hasil belajar siswa.
Selain itu, AI juga memungkinkan siswa mengakses materi pembelajaran kapan saja dan di mana saja, memperluas akses pendidikan inklusif, serta memperkuat daya saing SDM di era global.
Meski memiliki banyak keunggulan, Farly mengingatkan bahwa AI juga memiliki tantangan dan risiko yang perlu dikelola secara bijak.
Beberapa tantangan tersebut antara lain:
- Ketergantungan tinggi terhadap teknologi,
- Keterbatasan literasi digital di beberapa sekolah,
- Isu keamanan data dan privasi siswa,
- Ketimpangan akses teknologi antarwilayah,
- Potensi penyalahgunaan jika tidak diatur dengan baik.
“AI seperti pisau bermata dua. Di satu sisi memberikan peluang besar untuk kemajuan pendidikan, tapi di sisi lain perlu regulasi dan literasi digital yang kuat untuk memastikan teknologi ini digunakan secara etis dan aman,” ungkap Farly.
Ia juga menambahkan bahwa BRIN tengah mendorong terbentuknya regulasi nasional terkait pemanfaatan AI di berbagai sektor, termasuk pendidikan, kesehatan, dan industri.
Anita Gah dalam penutup sambutannya mengajak seluruh kepala sekolah dan guru di Manggarai Barat untuk aktif berkolaborasi dengan BRIN.
Menurutnya, kemajuan dunia pendidikan di NTT sangat bergantung pada keterbukaan terhadap inovasi dan kemauan untuk berubah.
“Mari kita manfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin. Jika ada sekolah yang ingin bekerja sama langsung dengan BRIN, silakan bangun komunikasi. Saya akan mendukung penuh dari Komisi X agar kolaborasi ini bisa terealisasi,” ujarnya.
Saat ini BRIN mengelola anggaran riset sekitar Rp2 triliun untuk 2025, dengan proyeksi peningkatan pada 2026. Anggaran tersebut diharapkan dapat memperluas jangkauan riset dan inovasi ke daerah-daerah, termasuk NTT.
Anita optimistis, pemanfaatan teknologi AI akan menjadi langkah strategis untuk meningkatkan kualitas pendidikan di NTT, memperkuat daya saing SDM lokal, dan mempercepat kesetaraan akses pendidikan antara daerah perkotaan dan daerah tertinggal.**
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan