Marsel menuturkan, kerusakan lingkungan laut seperti ini sangat mengkhawatirkan karena wisata bahari kini menjadi ikon utama Labuan Bajo, menggantikan dominasi wisata satwa Komodo.

“Kami sangat prihatin dengan kejadian ini, karena jumlah tamu yang datang menikmati keindahan bawah laut di Labuan Bajo meningkat signifikan. Ikonik di Labuan Bajo sekarang bukan Komodo dragon lagi, tapi sudah bergeser ke wisata baharinya,” ungkapnya.

Menurut Marsel, wisatawan penyelam dan snorkeler bahkan menghabiskan waktu hingga satu minggu di Labuan Bajo, dengan sebagian besar merupakan repeat guest yang datang setiap tahun untuk menikmati keindahan bawah lautnya.

“Tamu diving dan snorkelling bisa tinggal satu minggu di Labuan Bajo, dan banyak repeat guest yang setia datang tiap tahun untuk diving, bukan untuk lihat Komodonya,” tambahnya.

Sebagai langkah nyata, P3Kom berkomitmen untuk mengumpulkan data pelanggaran di lapangan serta mendorong rehabilitasi dan penanaman kembali terumbu karang yang rusak.

“Sebagai organisasi profesi yang tiap hari bekerja di kawasan, kami siap mendukung langkah konkret sesuai kapasitas kami dengan mengumpulkan data pelanggaran, mendorong penanaman kembali terumbu karang yang rusak, dan berharap pengawasan diperketat oleh pihak berwenang,” tutup Marsel.**