Namun, hingga kini, sistem informasi spasial di kawasan tersebut masih terbatas pada fungsi dasar dan belum sepenuhnya merepresentasikan karakter lokal.
Melalui kolaborasi dengan Kepala Desa Pasir Panjang Nurdin, Sekretaris Desa Kasmir, dan partisipasi masyarakat setempat, tim ITB berupaya menciptakan solusi desain kontekstual dan berkelanjutan untuk memperkuat citra Pulau Rinca di mata wisatawan internasional.
“Pendekatan placemaking ini bertujuan membangun pengalaman ruang yang tidak hanya informatif, tetapi juga menggugah keterikatan emosional pengunjung terhadap alam dan budaya lokal,” jelas Kharista.
Sistem signage yang dibangun diharapkan mampu menuntun pengunjung menikmati kawasan wisata secara intuitif, sekaligus mempelajari nilai konservasi dan kearifan lokal yang melekat di setiap lokasi wisata, termasuk Gua Kalong, Batu Lanskap, hingga area pertunjukan Animal Pop.
Program ini menggabungkan disiplin ilmu dari seni rupa, arsitektur, teknik mesin, hingga bioteknologi untuk merancang signage inovatif yang ramah lingkungan dan tahan terhadap kondisi iklim tropis pesisir.





Tinggalkan Balasan