Manfaat kegiatan ini diharapkan dapat dirasakan langsung oleh masyarakat Desa Pasir Panjang.
Melalui pelatihan intensif dan transfer pengetahuan, masyarakat tidak hanya memperoleh keterampilan teknis baru, tetapi juga pemahaman tentang pentingnya nilai estetika, keberlanjutan, dan efisiensi dalam produksi.
Selain mendorong inovasi produk suvenir khas Labuan Bajo, program ini juga membuka peluang replikasi di destinasi super prioritas lain di Indonesia, seperti Danau Toba, Borobudur, Mandalika, dan Likupang.
“Kami ingin kegiatan ini menjadi model pengembangan ekonomi kreatif berbasis lokal yang bisa diterapkan di berbagai daerah. Tradisi dan teknologi tidak harus dipertentangkan, justru bisa saling memperkaya untuk membangun masa depan yang berkelanjutan,” jelas Hatif.
Dengan demikian, kegiatan ini bukan hanya tentang desain, tetapi juga tentang membangun jembatan antara pengetahuan akademik dan pemberdayaan masyarakat, antara inovasi teknologi dan pelestarian budaya.
Sebagai salah satu dari lima Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP), Labuan Bajo terus berkembang menjadi laboratorium hidup bagi pengembangan pariwisata kreatif dan berkelanjutan.

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan